Senin, 11 April 2016

isi Buku SULUK MATAN 2016


SEKILAS TENTANG 

MAHASISWA AHLITH THARIQAH AL-MU’TABARAH AN-NAHDLIYYAH (MATAN)






“Visi Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah adalah lahirnya generasi dan calon pemimpin bangsa yang memiliki ketinggian intelektual dan kearifan serta kedalaman spiritual sebagai basis untuk membangun bangsa dan Negara demi kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia”. (SOP MATAN Bab III Pasal 6)

Mengawali artikel ini dengan mengutip visi dari Mahasiswa Ahli Ath-Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (selanjutnya disebut dengan MATAN) dengan tujuan untuk memberi sedikit gambaran kepada pembaca mengenai MATAN, sehingga pembaca tidak berangkat dari ruang hampa dalam memahami artikel ini.

MATAN merupakan organisasi keagamaan dan kemahasiswaan yang terlahir dari Jam’iyyah Ahlit Ath-Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) digagas sejak tanggal 10 Oktober 2009 M/ 20 Syawwal 1430 H di Pekalongan dan baru dikukuhkan secara resmi pada oleh JATMAN pada muktamar XI JATMAN di Kabupaten Malang pada tanggal 10-14 Januari 2012 M/ 16-20 Shafar 1433 H.

Gagasan untuk mendirikan MATAN ini muncul dari rasa prihatin atas kondisi sebagian besar mahasiswa di era sekarang ini yang dipandang kurang memiliki keseimbangan antara kemampuan intelektual mahasiswa dan spiritual mahasiswa, karena lebih mengutamakan pengasahan sisi intelektualnya, sementara sisi spiritualnya terabaikan.Sehingga banyak mahasiswa yang terjebak pada rasionalisme, pragmatisme, dan hedonisme. Selain itu, derasnya arus masuk gerakan-gerakan atau aliran-aliran keagamaan transnasional seperti wahabisme dan Hizbu At-Tahri:r Indonesia (HTI) yang selalu berusaha untuk menghapus keberagaman keberagamaan di Indonesia dengan menghalalkan segala cara dan merongrong keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, semakin membuat kompleks problematika di wilayah spiritualitas mahasiswa karena nyatanya banyak mahasiswa yang belum banyak mengerti tentang Islam dan ingin belajar tentang Islam namun terjebak masuk ke dalam wahabisme dan Hizbu At-Tahrir Indonesia (HTI) dan ketika pulang malah menuduh keluarganya syirik, kafir, dan lain-lain.

Selain itu, mahasiswa yang selama ini dikenal mempunyai peran sebagai sosok agen pengontrol dan agen perubahan khususnya dalam ranah sosial dan politik, sehingga mahasiswa harus mampu untuk melakukan terobosan-terobosan atau sumbangsih peran dalam bidang sosial dan politik, baik selama masih menjadi mahasiswa maupun ketika sudah lulus dari perguruan tinggi dan berkiprah di masyarakat secara langsung. Akan tetapi, akhir-akhir ini peran tersebut kurang begitu terasa. Dikarenakan banyak aktivis mahasiswa yang terjebak pada pengayaan wacana tanpa aksi nyata, dan aksi unjuk rasa yang banyak dianggap oleh sebagian kalangan kurang efektif dan kurang mengedepankan etika.

Berangkat dari kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka JATMAN merasa perlu dan harus untuk mendirikan organisasi kemahasiswaan berbasis thari:qah dengan semangat untuk menanamkan jiwa kerohanian dalam hati, pikiran, dan perilaku mahasiswa.

Apa itu Thariqah?
Sebagian kalangan berpendapat bahwa thari:qahmerupakan amaliah yang tidak mempunyai dalil dari al-Quran dan Hadits (baca: Bid’ah), padahal thari:qah mempunyai dalil, baik dari Al Quran maupun Hadits. Adapun dalil tentang Thari:qahdi dalam Al Quran terdapat di surat Jin ayat 16 yang artinya:
Dan sungguh jikalau mereka berjalan di atas jalan yang lurus (ath-thari:qah/agama islam) maka kami benar-benar memberi mereka minuman air yang segar”.

Sementara dalil dari Hadits Rasulullah SAW sebagaimana yang termaktub dalam kitab Al-Ma’arif al-Muhammadiyyah halaman 81, yaitu:
“Sanad para wali kepada Rasulullah Saw.itu benar (shahih), dan shahih pula hadits bahwa Ali RA. pernah bertanya kepada Nabi Saw. Kata Ali,”Wahai Rasulallah, tunjukkanlah kepadaku jalan terdekat (aqrab ath-thuruq) kepada Allah yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama bagi Allah?” Rasulullah Saw. bersabda, ”Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih terdapat orang yang mengucapkan Allah.”.

Sedangkan pengertian Ath-Thariqah dalam kitab Maraaqi al-‘Ubudiyyah fi Syarchi Bidayah al-Hidayah adalah melaksanakan kewajiban dan kesunatan, meninggalkan larangan, menghindari perbuatan mubah yang tidak bermanfaat, sangat berhati-hati dalam menjaga diri dari syubhat (apalagi keharaman) sebagaimana orang yang wara’i, dan menjalani riyadlah, misalnya beribadah sunnat pada malam hari, berpuasa sunnat, dan tidak mengucapkan kata-kata yang tanpa guna”.

Adapun pengertian Thariqah dalam kitah tanwirul qulub adalah menjauhi hal-hal yang haram, yang makruh, dan hal-hal yang mubah yang tidak berguna, serta melaksanakan hal-hal yang wajib, dan sekuat tenaga melaksanakan hal-hal yang sunnat, di bawah asuhan seorang mursyid yang arif yang maqamnya tinggi.

Adapun pengertian Ath-Thariqah al-Mu’tabarah ialah Thariqah bersambung sanadnya kepada Rasulullah Saw. beliau menerima dari Malaikat Jibril as. Malaikat jibril as. dari Allah SWT. Sedangkan penambahan kata An-Nahdliyyah disebabkan para penganutnya selalu bergerak untuk melaksanakan ibadah dan dzikir kepada Allah swt. yang syariatnya menurut Ahlissunnah wal Jama’ah berdasarkan empat mazhhab fiqih dan tasawwufnya mengikuti ajaran ulama salaf shalihin serta ikut mengerjakan pembangunan Indonesia.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Thariqah merupakan cara atau metode dan aliran tashawwuf yang bertujuan: (1) Al-Wushul ila Allah, thariqah adalah tidak semata-mata bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi thariqah bertujuan membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah yang bisa mengembangkan dan merasa didengar dan dilihat oleh Allah atas dirinya sehingga dapat memiliki sikap atau rasa Al-Khauf (takut), Ar-Rajaa’ (Berharap), Ash-Shidiq (jujur/benar), Al-Mahabbah (cinta), Al-Wara’ (menghindari hal-hal yang makruh), Az-Zuhud, Asy-Syukur, Ash-Shabar, Al-Hayya’ (Malu), dan Al-Khusyu’.

Apa itu MATAN?
    MATAN adalah organisasi mahasiswa yang bergerak pada spiritual dan intelektual yang berazaskan Islam ‘Ala Ahli As-Sunnah wa Al-Jama’ah dengan menganut salah satu mazhab empat yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali dalam bidang fiqih, menganut ajaran Al-Asy’ariyyah dan Al-Maturidiyyah dalam bidang aqidah, dan menganut faham Al-Qusyairi, Hasan Al-Bashri, Abu Qasim Junaidi Al-Baghdadi, Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, dan sesamanya dalam bidang tashawwuf/thariiqah.

    Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa MATAN, sebagai organisasi kemahasiswaan tidak hanya bergerak untuk mengasah intelektualitas mahasiswa, namun juga untuk mengasah spiritualitas mahasiswa, sehingga terwujudlah generasi dan calon pemimpin bangsa yang memiliki keluhuran intelektualitas dan kearifan serta kedalaman spiritual sebagai tonggak dan basis untuk membangun bangsa dan Negara demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Oleh karena itu, MATAN berusaha mewujudkan hal-hal tersebut dengan karakter-karakter yang dimiliki oleh MATAN, yaitu: (1) Universal, artinya thariqah mempunyai sifat yang mendunia melampaui batas-batas wilayah dan Negara karena tiap-tiap aliran thariqah meskipun diamalkan oleh warga Negara yang berbeda namun secara sanad masing-masing masih berhubungan antara satu dengan yang lainnya, (2) Tertib, artinya pelaksanaan ajaran thariqah sekaligus meliputi pelaksanaan aqidah, syari’ah, mu’amalah, dan akhlaq yang bertujuan al-Wushuul ila Allah, (3) Terbimbing, artinya setiap pengamal thariqah (muridin/salik) harus didasarkan kepada kitab-kitab yang mu’tabarah dengan bimbingan para Mursyid, (4) al-Wushuul ila Allah, artinya thariqah adalah tidak semata-mata bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi thariqah bertujuan membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah yang bisa mengembangkan dan merasa didengar dan dilihat oleh Allah atas dirinyasehingga dapat memiliki sikap atau rasa Al-Khauf (takut), Ar-Rajaa’ (berharap), Ash-Shidiq (jujur/benar), Al-Mahabbah (cinta), Al-Wara’ (menghindari hal-hal yang makruh), Az-Zuhud, Asy-Syukur, Ash-Shabar, Al-Hayya’ (Malu), dan Al-Khusyu’, (5) Amanah (dapat dipercaya), Fathanah (cerdas), Shiddiq (jujur), dan Tabligh, sebagai cahaya pancaran dari baginda Nabi Muhammad SAW yang seharusnya mewarnai setiap anggota thariqah, sehingga dari sifat-sifat tersebut dapat melahirkan sifat handarbeni dan menghargai segala pemberian hak individu dari lingkup yang kecil sampai yang besar, (6) Menyinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual, dan (7) Mengedepankan spirit nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia.

    Berdasarkan pengertian, karakter, dan visi MATAN yang telah disebutkan, maka perlu mengejawantahkannya dalam bentuk misi-misi yang harus dijalankan oleh MATAN, yaitu: (1) Mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia, (2) Menumbuhkan cinta tanah air dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (3) Mengembangkan wawasan kebangsaan di kalangan mahasiswa, (4) Membendung laju dan tumbuh suburnya gerakan ekstrimis dan latenisme di lingkungan perguruan tinggi Indonesia, (5) Melestarikan paham Islam ‘Alaa Ahlissunnah wal Jamaa’ah yang berbasis pada Islam moderat, toleran, dan inklusif di kalangan mahasiswa, (6) Menanamkan pendidikan hati di kalangan mahasiswa yang berbasis nilai-nilai spiritual (thariqah/tashawwuf) dan akhlaq karimah, (7) Meningkatkan kemampuan intelektual untuk lebih memberikan manfaat bagi kejayaan NKRI, dan (8) Ikut serta menjaga peninggalan as-salaf ash-shalihin dan thariqahnya sejak dini.

    Selain itu, MATAN juga memiliki beberapa profil citra diri, yaitu: (1) Sufistik, yakni memiliki kedalaman spiritual melalui pengamalan thari:qah mu’tabarah karena semata-mata ingin meraih ridla Allah SWT sehingga dapat wushu:l ila: Allah, (2) Intelektual, yakni memiliki semangat belajar untuk meningkatkan ketinggian intelektual untuk memberikan manfaat bagi bangsa dan Negara demi kejayaan NKRI, dan (3) Nasionalis, yakni memiliki semangat patriotism dan nasionalisme dengan meningkatkan rasa cinta air untuk mempertahankan NKRI. Di samping itu, diharapkan MATAN dapat menyeimbangkan antara aspek spiritual dan intelektual di kalangan mahasiswa serta meningkatkan inklusivitas berpikir, keselarasan dalam bertindak dan kedalaman spiritual dalam ranka meningkatkan jiwa kepemudaan, jiwa membangun bangsa, memperteguh sifat nasionalisme, serta ikut menjaga kesatuan NKRI.

    Untuk merealisasikan visi dan misi MATAN, maka MATAN melakukan usaha-usaha, yaitu: (1) Bidang Agama yaitu mensyi’arkan dan mempergiat pelaksanaan ajaran agama Islam yang berkeyakinan menurut paham Ahlussunnah wal Jamaa’ah di kalangan mahasiswa, (2) Bidang Akademis yaitu mengaktualisasikan tradisi ilmiah berbasis spiritual tashawwuf tanpa meninggalkan unsure intelektualitas dan rasionalitas, (3) Bidang Akhlaq yaitu mengembangkan tradisi tashawwuf dalam rangka tercapainya al-akhlaq al-karimah di kalangan mahasiswa, (4) Bidang Ukhuwah Ijtima’iyyah yaitu mempererat dan memperkuat tali persaudaraan sesama mahasiswa dan mensosialisasikan etika tashawwuf di tengah-tengah masyarakat kampus, (5) Bidang Thariqah yaitu mengusahakan tercapainya asy-syari’atu al-ghaura’ wa ath-thariqu al-baidla’, yakni syari’at islamiyyah dan thariqah yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah SAW, (6) Bidang Pergerakan yaitu meningkatkan amar ma’ruf dan nahi munkar yang berbasis uswatun chasanah (suri teladan yang baik) dan al-akhlaq al-karimah (akhlaq yang terpuji) serta mewujudkan terciptanya Islam yang rahmatan lil ‘Alamin, dan (7) Bidang Kenegaraan dan Kebangsaan yaitu meningkatkan kecintaan tanah air, menjaga tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pengamalan dan penghayatan etika tashawwuf.

    Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa MATAN merupakan organisasi kemahasiswaan yang didirikan untuk menyeimbangkan sisi intelektual dan spiritual mahasiswa sehingga terbentuklah generasi dan calon pemimpin bangsa yang mengedepankan akhlaq yang mulia dalam perilakunya dan menjadi contoh yang baik untuk orang lain, serta ikut membantu mewujudkan cita-cita kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan MATAN ini, diharapkan menjadi oase yang menyegarkan di tengah gersangnya dan panasnya gurun berupa hati dan pikiran mahasiswa yang lebih mengedepankan sisi intelektual dan rasional daripada sisi spiritual. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Allahummah dinaa ath-thariqa al-mustaqim # Thariqam min Allahi Rabb al-‘alamin

Selayang Pandang Tentang MATAN
Thariqah merupakan sarana dan metode yang berusaha memberikan dan mengisi ruang batin dengan kejernihan hati. Melahirkan kesucian jiwa dan hati yang terwujud dalam tindakan dan gerak yang bersifat objektif (tidak konservatif dan normatif saja) dan perilaku yang lebih mengedepankan uswatun chasanah (suri tauladan yang baik) dan al-akhlaq al-kari:mah (perilaku yang mulia). Dikarenakan thari:qah sebagaimana disebutkan dalam kitab tanwi:ru al-qulu:b merupakan menjauhi hal-hal yang haram, makruh, dan mubah yang tanpa guna serta melaksanakan hal-hal yang wajib dan sekuat tenaga melaksanakan hal-hal yang sunnah, di bawah asuhan seorang mursyid yang arif yang bermaqam tinggi.

Sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa berthariiqah dapat  menghasilkan buah yang bernama at-tashawwuf yang dapat menyucikan jiwa (tazkiyyah an-nafs) dan membentuk jiwa yang kokoh, kejernihan berfikir dan bisa membedakan mana yang tercela kemudian dijauhi dan ditinggalkan, dan kemudian yang terpuji diamalkan. Sehingga akan mewujud pada kehidupan yang berlandaskan  pada spiritual. Dari kejernihan hati ini pulalah maka akan mendapatkan dan mendatangkan kejernihan tindakan sosial yang murni (baca: ikhlas). Tidak sebatas jargon maupun tindakan yang hampa dan berhenti pada tatanan elitis yang juga disertai kepentingan-kepentingan bersifat duniawiah.
Thariqah juga berupaya melestarikan Islam ‘ala Ahlissunnah Wal Jama’ah yang moderat, toleran dan inklusif secara konsisten dalam bidang syari’at, hakikat dan ma’rifat di tengah masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu dipandang perlu perluasan sayap Thariqah yang merupakan visi dari Lajnah Pemberdayaan SDM yang berada dalam sistem kepengurusan dalam organisasi Thariqah. Serta sebagai bagian tindakan gerak dari pencapaian tujuan dari PD-PRT yang tertuang dalam pada Pasal VI, di mana Thariqah mensosialisasikan semangat nasionalisme di tengah-tengah masyarakat dengan menghindari terjadinya konflik-konflik, baik antara penganut Thariqah maupun anggota masyarakat lainnya. Karena itu, Jam’iyyah Ahlith Thariqah An Mu’tabarah An Nahdliyyah (baca: JATMAN) merupakan organisasi terbuka bagi siapa pun yang berpaham Islam ’ala hlussunnah wal Jama’ah untuk menjadi anggota, sebagaimana ketentuan yang sudah diatur pada PD-PRT (termasuk salah satunya sosok mahasiswa). Bahkan anggota dari kalangan muda justru memiliki kedudukan strategis untuk menjadi anggota Thariqah, karena di samping mereka memiliki kedudukan strategis di tengah masyarakat, bangsa dan Negara juga merupakan bagian dari upaya mengimplentasikan amanat Rasulullah saw, sebagaimana riwayat hadits yang menyebutkan bahwa anak muda yang memiliki kekuatan spiritual (qalbu) melalui kedekatannya (mu’allaqun) dengan rumah-rumah Allah (masajid) menjadi salah satu dari tujuh kelompok yang memperoleh jaminan keselamatan di akherat nanti.

Selama ini Thariqah sudah membumi dan mengakar di kalangan masyarakat luas yang pada umumnya adalah orang-orang tua. Padahal Thariqah sangat memberikan pintu kemaslahatan bagi semua usia, seyogyanya juga harus mengakar pada kalangan muda terutama mahasiswa karena mahasiswa merupakan sosok agen perubahan, baik dalam tatanan sosial politik maupun dalam menciptakan terobosan sistem dalam bentuk tindakan dan gerak sosial. Bahkan mahasiswa memiliki kedudukan strategis sebagai generasi penerus dan calon pemimpin bangsa ini. Dalam konteks ini  seorang mahasiswa harus memiliki jiwa yang  tangguh dan bersifat jangka panjang (visioner), baik dalam bidang intelektual, sosial maupun politik tanpa harus meninggalkan konsep spiritual. Sehingga benar-benar mampu mereka memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Kemampuan intelektual dan kekritisan mahasiswa yang melahirkan sebuah gejala baru dan perubahan yang sangat luar biasa. Akan sangat ideal jika sosok mahasiswa  memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Sehingga mahasiswa tidak terjebak dalam lingkungan pemikiran yang sempit dan cenderung didasarkan pada nafsu. Hal ini menimbulkan pemikiran-pemikiran subyekif  dan ekstrimis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang menggabungkan dan memadukan antara kecerdasan intelektual (akal), emosional dan spiritual (hati) di kalangan mahasiswa sebagai bentuk riil penyelesaiannya.

Untuk menyeimbangan kemampuan intelektual, sosial, dan spiritual tersebut di atas mahasiswa harus memiliki dasar yang kuat (Thariqah/tasawuf) demi terciptanya perubahan yang bersifat obyektif. Dasar yang memiliki gerak riil yang mengakar dan tidak memuat kepentingan yang pragmatis. Inilah yang sangat sulit ditemukan dalam jiwa seorang mahasiswa yang kritis. Bahkan sering kali melahirkan sikap radikalis dan eksklusif yang diakibatkan oleh frustasi atas arah gerak dan tindakan. Karena aksi dan gerakan mereka jauh dari kekuatan batin (thariqah/tasawuf) yang menekankan pada cinta dan kasih sayang (rahmah wa syafaqah) terhadap diri, sesama dan makhluk lain.
Kebanyakan tindakan mahasiswa saat ini yang tidak dilandasi oleh konsep spiritual melahirkan sikap gegas (rushed), ganas (anarchy), gersang (humorless) yang diakibatkan tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang (rahmah wa syafaqah). Untuk itu sangat diperlukan sekali jalan spiritual yang benar-benar tidak terjebak pada konsep subjektifitas. Disadari atau tidak kekolotan pandang spiritual bagi mahasiswa sudah menjangkit (bersifat normatif dan konservatif). Bukti riil mahasiswa jauh dari konsep spiritual bisa dilihat dari hasil tindakan dan gerak yang mementingkan kepentingan mahasisiwa secara individual dan gerak yang hampa. Dan terlalu mengagung-agungkan dirinya hingga merasa paling benar dirinya sendiri atau kelompoknya sendiri. Semua ini karena adanya kekosongan ruang batin (Ketentraman Illahiyah) dalam dirinya.

Berangkat dari  kegersangan dan ruang batin kosong spiritual dan meluruskan arah gerak yang jernih serta rasa prihatin dari JATMAN terhadap realitas pada Mahasiswa, maka JATMAN merasa perlu membentuk sebuah wadah untuk melakukan pendidikan terhadap mahasiswa sehingga menjadi generasi muda dan calon pemimpin bangsa yang memiliki integritas tinggi dengan basis spiritual dan intelektual. Di samping itu, sebagai ikhtiyar JATMAN dalam melestarikan Islam ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah yang moderat, toleran dan inklusif di lingkungan perguruan tinggi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Dalam konteks inilah, deklarasi dan pendirian organisasi Mahasiswa Ahlith Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN) menjadi sebuah keniscayaan bagi JATMAN pada khususnya dan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia pada umumnya sebagai sebuah upaya konkrit atas penyelesaian problematika sosial politik dan krisis moral bangsa ini.
MATAN
(Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah)

MATAN Adalah organisasi thoriqoh kepemudaan yang menjadi sarana kawah candra dimuka dalam upaya mensinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual dalam jiwa pemuda indonesia.
Karakteristik MATAN;

a.     Sebagai penganut, pengamal ajaran thoriqoh
b.     Sebagai organisasi kepemudaan (Kemahasiswaan)

Sejarah Singkat Matan

Jauh sebelum kelahiran MATAN, pada tahun 2000 Rois Am Maulana Habib Luthfi sudah berkeinginan untuk mengorganisir kalangan pemuda berthoriqoh, dan hal ini baru dapat terealisasi pada periode ke 3 kepemimpinan beliau sebagai Rois Am di JATMAN tepatnya pada Muktamar ke XI di Kabupaten Malang,  Jawa Timur.
Gagasan awal MATAN bermula dari diskusi kecil di sore hari tanggal 2 Agustus 2009 Pukul 15.30 – 17.00 di emperan ndalem Habib Luthfi bin Ali Bin Yahya Pekalongan, antara DR. H. Hamdani Mu’in, M.Ag dengan KH. Dimyati Rois( Mustasyar PBNU serta Pengasuh PP Al-Fadlu Kaliwungu ), bersama beberapa mahasiswa; Abdul Rosyid, M.Mahfudz, Syariful Anam, Asep Syaiful Zulfikar,M.Ridlo, Kholid Abdillah, Nurul Mu’amar,Dedi Rosadi, Ubaidillah dan Riyadli Muhlisin.
Mbah Dimyati Rois memberikan apresiasi dan dukungan atas visi pergerakan spiritualitas dan intelektualitas di kalangan mahasiswa yang diwacanakan, Diskusi intensif pun berlanjut bersama Habib Luthfi, Rois ‘Am JATMAN, di dalem beliau, tepatnya Pukul 21.00 – 22.30.
Gagasan dan visi pergerakan mahasiswa tersebut disambut beliau dengan penuh apresiatif, Setelah mendengarkan deskripsi tentang fenomena pergerakan mahasiswa yang cenderung radikal dan pragmatis, dengan spontan, Habib Luthfi mengatakan : “Kita dirikan MATAN” !. Ditanya oleh Ustadz Hamdani “Apakah MATAN ?” , beliau menjawab “MATAN itu singkatan Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah”.Serentak para tamu yang hadirpun, khususnya Hamdani cs mengamini dan mengucapkan rasa syukur dan gembira atas tergagasnya pembentukan sebuah organisasi baru dengan nama “MATAN” .

Habib Luthfi dawuh  “Saya ingin lahir mursyid-mursyid dari MATAN !”. Subhanallah, sungguh sangat mulia dan besar harapan beliau dari MATAN. Dan selanjutnya beliau memberikan arahan dan do’a kepada KH DR Hamdani, dan beberapa sahabat mahasiswa yang bersamanya dengan mengijazahkan ayat Kursi dan mensarankan untuk ziyarah ke makam Auliya.

Gagasan dibentuknya MATAN dimulai setelah diskusi dengan Habib Luthfi dan KH. Dimyati Rois di atas, tepatnya dimulai sejak Agustus 2009 di Pondok Pesantren Al-Ibrahimiyyah Kranggan III Kaliwungu Kendal Jawa Tengah, pesantren asuhan Hamdani Mu’in. Dimulai dengan merumuskan SOP - JUKNIS MATAN hingga kepanitiaan deklarasi MATAN. Beberapa tokoh yang ikut mendampingi dan membantu dalam proses kelahiran MATAN adalah Drs. KH. Chabib Thoha, MA  dan Drs. KH. Muhammad Masroni.

Untuk mendapat dukungan dan do’a dari para masyayikh, maka dilakukan sosialisasi MATAN melalui sowan-sowan ke beberapa masyayikh, seperti ke Mbah KH. Sahal Mahfudz, KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), Mbah KH. Maemun Zubaer. Di samping itu, sosialisasi MATAN pun dilakukan ke pejabat pemerintahan, seperti Mendiknas Prof. Muhammad Nuh, Menag H. Maftuh Basuni, Menhut MS Ka’ban dan Pangdam IV Dioponegoro.

Berdasarkan arahan dan masukan dari Habib Luthfi bin Yahya sebagai Roís Am Jatman deklarasi MATAN akhirnya dilakukan bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal 10 – 14 Januari 2012 M / 16 – 20  Shafar 1433 H. Muktamar XI mensepakati lahirnya MATAN sebagai Badan Lajnah Mustaqilah dari JATMAN. Dan tepatnya pada acara penutupan Muktamar XI tersebut Rois ‘Am JATMAN Habib Luthfi mendeklarasikan MATAN.

VISI & MISI

Visi Matan adalah:
mengupayakan lahirnya generasi penerus dan calon pemimpin bangsa yang memiliki ketajaman intelektual dan kearifan serta kedalaman spiritual sebagai basis untuk membangun dan menegakan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Misi Matan adalah:
1.     Mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.     Menumbuhkan cinta tanah air dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3.     Mengembangkan wawasan kebangsaan.
4.     Membendung laju dan tumbuh suburnya gerakan ekstrimis dan latenisme di lingkungan perguruan tinggi Indonesia
5.     Melestarikan faham Islam ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah yang berbasis pada Islam moderat, toleran dan inklusif di lingkungan mahasiswa.
6.     Menanamkan pendidikan hati di kalangan mahasiswa yang berbasis nilai-nilai spiritual (thoriqoh/tasawuf) dan akhlak mahmudah.
7.     Meningkatkan kemampuan intelektual dalam memberikan manfaat bagi  kejayaan NKRI.
8.     Ikut serta menjaga peninggalan salafush sholihin dan Thoriqoh nya sejak dini.

NDP (Nilai Dasar Pergerakan)

MATAN adalah organisasi kemahasiswaan yang lahir dibawah asuhan JATMAN, yang kemudian dideklarasikan menjadi salah satu lajnah mandiri pada tanggal 10-14 Januari pada MUKTAMAR XI  JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawwariyah, Sudimoro, Malang, Jawa Timur. Kelahiran MATAN didasarkan pada tiga landasan utama, yaitu;

I.       Landasan Normatif, yaitu al-Quran dan al-Hadits.
II.     Landasan Ideologis, yaitu berfahamkan islam ala ahlussunnah wal jama’ah.
III.    Landasan Konstitusional, yaitu Pancasila, UUD 1945 dan PD-PRT Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah.

Namun, MATAN dalam arah pergerakan dan upaya mewujudkan tujuan organisasi yang tertuang dalam SOP (Standar Operasional Prosedur) pasal 6 dan pasal 7 tentang visi dan misi, di dasarkan pada konseptualisasi nilai-nilai yang ada dalam thoriqoh dan tasawuf. Sedangkan nilai-nilai tersebut terkandung dalam lima hal, yang disebut sebagai al-asas al-khomsah (Lima Asas Pokok). Nilai-nilai tersebut akhirnya menjadi ruh atau spirit organisasi dan yang akan diimplementasikan dalam kehidupan sebagai upaya mewujudkan visi dan misi organisasi.

 Kelima hal tersebut adalah;

1.     Tafaqquh fi al-din
Adalah semangat pergerakan yang didasarkan pada pengasahan kemampuan dan ketajaman intelektual para anggota MATAN, dalam upaya meningkatkan kualitas sumbar daya manusia seutuhnya di seluruh fan (cabang) ilmu pengetahuan, tanpa adanya pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Karena menurut keyakinan MATAN bahwa semua ilmu bersumber dari Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT.

2.     Iltizamut thoat
Adalah semangat pergerakan mahasiswa yang didasarkan ketaatan kepada;
a.     Allah SWT sebagai Tuhan pencipta, pembimbing dan pendidik manusia.
b.     Baginda Rasul Muhammad Saw, selaku pembawa risalah kebenaran dan panutan umat manusia.
c.      Ulil amri, yaitu ulama dan umaro.

3.     Tazkiyat al-nafsi
Adalah semangat pergerakan yang didasarkan upaya pembersihan dan pensucian diri, baik lahiriyah maupun batiniyah dari segala bentuk sifat dan perbuatan yang tidak baik.

4.     Hifdz al-aurad wa al-adzkar
Adalah semangat pergerakan yang di dasarkan atas upaya menjaga keseluruhan waktunya diniatkan untuk beribadah kepada Allah Swt dengan mendatangkan kemanfaatan, kebaikan dan pahala dari Allah Swt, baik untuk diri sendiri, orang lain maupun masyarakat luas (bangsa dan Negara)

5.     Khidmah lil-ummah
Adalah semangat pergerakan untuk memberikan darma bhakti kepada ummat manusia, kepada bangsa dan negara sebagai wujud pengabdian kepada Allah Swt secara menyeluruh.
Oleh karena itu, secara singkat tujuan MATAN secara internal adalah mengkontektualisasikan kelima prinsip tersebut pada seluruh sendi kehidupan untuk membentuk generasi dan calon pemimpin bangsa yang mempunyai karakter, yaitu; nasionalis, intelektual dan sufistisk.

SULUK
Adalah metode pengkaderan yang diterapkan di dalam organisasi sebagai media transfer ilmu, informasi mengenai pergerakan MATAN dan sebagai media tafhiim kepada para sohib MATAN. Suluk dalam MATAN terbagi menjadi dua:

1.     Suluk Umum
Suluk ini dilakukan di seluruh tingkat kepengurusan, baik dari tingkat pusat sampai tingkat komisariat. Suluk umum diwujudkan dalm tiga instrument kegiatan yaitu;
a.        Majelis ilmi “Bagimu Negeri”
Adalah majelis ilmi yang diadakan diseluruh tingkat kepengurusan sebagai upaya transfer ilmu dan informasi organisasi. Majelis ini diadakan minimal satu (1) kali dalam sebulan.
b.        Majelis Dzikir “Bagimu Negeri”
Adalah majelis dzikir dan transfer ilmu sebagai upaya tazkiyatun nafsi para anggota MATAN, dan kegiatan ini dilakukan minimal satu (1) bulan sekali.
c.        Majelis Khidmah “Bagimu Negeri”
Adalah majelis yang diadakan sebagai bentuk kebaktian terhadap masyarakat, bangsa dan Negara. Kegiatan ini dilakukan kondisional sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2.     Suluk Khusus
Adalah metode pengkaderan yang khusus dilaksanakan sebagai program kaderisasi murni, yaitu sebagai media pengkaderan untuk mempersiapkan para kader sebagai calon pengurus organisasi, dan pemimpin ummat.
Suluk khusus mejadi kewenangan Pengurus Pusat dan Kebijakan Idaroh Aliyah JATMAN. Suluk ini dikategorikan menjadi tiga tingkatan suluk yaitu;

1.     Suluk MATAN (SulTan) I       
Adalah suluk tingkat dasar untuk para Sohib MATAN yang telah berbai’at thariqah kepada mursyid, muqaddam, khalifah ataupun badal.
2.     Suluk MATAN (SulTan) II        
Adalah suluk di tingkat lanjutan atau menengah untuk para sohib MATAN yang telah selesai mengikuti suluk I.
3.      Suluk MATAN (SulTan) III
Adalah suluk tingkat tinggi untuk para sohib MATAN yang telah selesai mengikuti sultan I dan sultan II.

UNIFORM
Adalah atribut organisasi yang serempak menuju keseragaman dalam organisasi yang menjadi ciri khas organisasi, baik dalam hal pakaian dan istilah yang digunakan dalam organisasi. Atribut tersebut antara lain;
a.     Pakaian putih
b.     Peci hitam dengan pin bendera merah putih
c.      Ta’dib adalah istilah yang digunakan sebagai proses pendidikan (Tarbiyah), pengajaran (Ta’liim) dan pemahaman (Tafhiim) dalam organisasi.
d.     Sohib (individu) dan Ashhab (kelompok) adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan bagi sesama anggota MATAN.
AURAD Khususiyyah
Adalah bentuk amalan ibadah ritual yang berlaku dan digunakan dalam organisasi sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah Swt.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar