Kamis, 28 Januari 2016

Kegiatan MATAN Kota Malang



Sunat Massal dan bakti sosial di Bajul Mati
Diselenggarakan pada hari sabtu dan minggu, bertempat di Dusun Bajul Mati Kecamatan Gedangan Kabupaten Malang. Dengan perwakilan 20 personil pengurus MATAN. Adapun kegiatan sunat masal diikuti oleh 14 anak dari sekitar desa tersebut. Adapun tim medis sunat masal adalah K.H. Yusuf Abdurrahman dari Kacuk Kota Malang beserta 3 pembantu medisnya. Dari 14 anak terdapat juga 2 anak dari agama Hindu yang mengikuti sunat. Seluruh anak juga mendapatkan sarung dan obat-obatan sebagai bentuk apresisasi kami.
Acara malam langsung dilanjutkan bakti sosial kepada para guru TK, PAUD, TPQ, SMP, dan SMA dalam satu Yayasan Tunas Bangsa yang di pimpin oleh Bapak Shohibul Izar, acara tersebut berupa sharing dan santunan pada 20 guru di desa tersebut.




Kirab “Merah-Putih”
22 November 2015
Acara Kirab ini diikuti oleh kurang lebih sekitar 60 personil anggota MATAN Kota Malang, dengan upacara pemberangkatan dari Univeritas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.  Dengan pembuatan, dengan hal yang bisa digunakan sebagai sebuah perjalanan yang kemudian. Dengan perjanjian yang akan dijadikan sebagai batas pemberdayaan untuk sebuah relisasi yang kuat. Kegiatan tersebut sangat membantu untuk, seperti hal yang seperti diungkapkan perbedaan dengan. Bagaikan sebuah tujuan untuk sebagai sebuah kekurangn untuk

https://www.youtube.com/watch?v=X17NM6SSf0M




ICIS (International Converence of Islamic Scholars)
23-27 November 2015
MATAN sebagai salah satu panitia pelaksana lapangan inti dalam terselenggaranya kegiatan ini, dalam kegiatan pertemuan ulama’ juga sebagai penanggungjawab kegiatan










Taman Sufi
24 Oktober – 1 November 2015
Taman Sufi merupakan acara yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Mahasiswa Ahlith Thariqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyiah (MATAN) Kota Malang bersama Pengurus Komisariat Mahasiswa Ahlith Thariqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyiah (MATAN) Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang dan Universitas Negeri Malang.
Taman merupakan satu hal yang berarti sebuah tempat yang indah pun juga bisa dia analogikan sebagai sebagai suasana baru dari yang biasa ada atau yang terjadi disekitar kita, sedang sufi merupakan sikap seseorang yang hatinya bersih atau insan yang terpilih.
Zaman yang terus berjalan dan semakain tua pula usia bumi  atau zaman ini semakin buruk pula akhlak manusia saat ini,oleh sebab itu di butuhkan  obat rohani  yang menyejukkan hati  dalam mengarungi  hidup dengan selamat dan kembali pada sang pemilik hati.
Mengingat  penting  seorang ahli sufi dalam  menghidupkan hati  yang bersih , bersinar  dan berkata bijak. Maka Mahasiswa Ahlith Thariqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyiah (MATAN) Kota Malang mengadakan kegiatan taman sufi  untuk menambah keimanan dan keta'atan yang bersumber pada hati  Yang terwujud Keridhaan kepada alhaq dalam ibadah.
Penyelenggaraan Taman Sufi ini dilaksanakan untuk menghidupkan tradisi sufi  di lingkungan universitas dan mencegah adanya aliran-aliran yang menyeleweng  masuk  ke dalam universitas pada umumnya. Selain itu meningkatkan keimanan melewati kajian tasawuf. Karena selain kajiaan tentang sufi acara tersebut diawali dengan sholat dhuha bersama.
Kegiatan ini adalah Taman sufi yang sudah dilaksanakan di lingkungan universitas yakni Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang, Universitas Negeri Malang dan Universitas Islam Malang.
Dalam acara Taman Sufi di Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang yang bertempat di Halaqoh Ma'had Sunan Ampel Al-Aly, hadir rektor Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang, Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo.Dalam pidato sambutannya, beliau sangat merespon dan mendukung  adanya kegiatan ini karena universitas membutuhkan muslim yang bertasawuf dalam menyeimbangkan tatanan akademisi religi, tidak hanya orang yang intelektual  seperti sains namun seseorang  yang berhati jernih, bening dan bercahaya yaitu sufi.
Tidak ketinggalan Ketua Umum Pengurus Pusat Mahasiswa Ahlith Thariqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyiah (MATAN) juga hadir pada acara itu, beliau memberikan penjelasan terkait gambaran umum MATAN dan juga memberikan sanjungan MATAN Kota Malang, karena MATAN di Kota Malang perkembangannya sangat pesat di bandingan dengan kota-kota lain.
Selain kedua orang tadi, hadir sebagai narasumber KH. Chamzawi, M.Hi, selaku Ro'is Syuriah PCNU Kota Malang  untuk melancarkan acara tersebut dengan memberikan materi tentang gambaran dan sejarah tasawuf secara umum, serta dilanjut materi oleh KH. Dr. Syaiful Munir A., M.Ag yang menjadi Muqoddam Thoriqoh At-Tijani dan Pengurus Idaroh Syu'biyah Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN) Kota Malang yang memberikan materi Tasawwuf maupun Thoriqoh secara luas. 
Selain KH. Dr. Syaiful Munir A., M.Ag yang hadir di Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang, ada juga Ust. M. Maliku Fajri Shobah, Lc. yang juga memberikan materi Tasawwuf maupun Thoriqoh secara luas di Universitas Negeri Malang yang bertempat di Perpustakaan Masjid Al-Hikmah. Sedangkan di Universitas slam Malang, Drs. KH. Sholihin Mahfudz yang memberikan materi tasawwuf secara umum pada peserta Taman Sufi.

TUHAN TAHU, MALAIKAT TAK TAHU



Oleh: Mohammad Afief Hasan
uatu malam, Tomen kebetulan menyaksikan dan mendengarkan peristiwa yang menggundahkan hati. Sabtu malam ahad yang penuh sedih, malu setengah duka dan berlumuran keluhan caci maki.
Untuk kesekian kalinya terlontar dalam mulut Tomen seperti dulu ketika malaikat bertanya pada awal penciptaan manusia: “Ya Allah untuk apa sih, Engkau ciptakan manusia, yang toh nanti akan bikin rusak bumi dan bertebaran penyalah gunaan wewenang...?”
Dan terngiang-ngiang lagi jawaban Tuhan: “Aku tahu, dan engkau tak tahu...!” Maka, senantiasa harus kita cari cara memandang yang lebih detail dan bersikap dewasa terhadap kehidupan ini. Kenapa harus ada anak-anak muda yang dihargai sedemikian rupa, memforsir tenaga, pikiran, waktu di malam hari setelah mereka di pagi sampai petang mencari ilmu di sekolah tinggi? Kenapa – di tempat lainpada saat yang sama – sekian manusia dengan nikmat menikmati hidup bersama keluarga, orang terkasih ataupun menyibukkan diri dengan kenikmatan dunia lainnya? Ada apa sih, hidup manusia ini? Apa, sih yang mereka cari? Apa yang mereka pertahankan? Sedemikian agung dan indahkah yang dipertahankan dengan cara sedemikian mungkin keras dan penuh pertahanan tubuh yang terbatas serta rentan sakit itu?
Sekumpulan anak-anak muda yang polos. Memproseskan diri dengan sungguh-sungguh, mereka berkumpul pelataran kampus yang cukup uwwahh. Anak-anak muda yang polos, berani, sehat, dan masih belum pintar, merasa tidak puas dengan kehidupan sewajarnya. Kalau si anak muda ini bertindak diluar kewajaran yang justru menguntungkan bangsa, negara dan sekolah tinggi uwwahh ini khususnya. Tetapi mereka tetap saja merasa tak aman sentosa dalam berproses tadi. Mereka hanya ingin tidak mengiba saja pada setiap hak yang seharusnya mereka dapatkan, yang justru seharusnya mereka peroleh bagian yang nyaman, aman, sentosa dan mewah dari kekayaan kampus ini.
Sekumpulan anak-anak muda yang polos itu beramai-ramai memecah kebisuan kampus dengan menyanyikan lagu kehormatan. Kemudian, berjamaah salat di bangunan besar di sebelahnya dengan menunjukkan bahwa mereka tidak lupa kepada Tuhan Pencipta manusia. Kemudian, terus bersemangat lagi untuk melanjutkan potongan kegiatan dalam prosesnya itu. Kemudian dengan kepolosan mereka bisa menemukan di mana akan meletakkan hasil penalaran dan pelaksanaan mereka.
Kita, bukan memulainya, tapi seolah-olah penciptaan manusia itu dikacaukan oleh pentungan kakak dari Qabil. Seolah-olah mereka terikat oleh kemandekan tanggung jawab dari setiap kebijakan – ya seperti itulah Ibrahim yang dibakar dalam api amat panas, demi kepuasan hasil kebijakan – meskipun demikian, jaman ini sudah samar dari asal tanggung jawab manusia diciptakan, sudah samar! Struktur sosial sudah demikian kompleks. Terkadang, Habil tidak puas setelah melihat melihat adiknya mati. Dan terkadang kita harus rela menjadi kayu untuk membakar Ibrahim, terkadang kita adalah api yang menyala-nyala...!
Entah siapa yang membisiki, tiba-tiba saja anak muda yang saling berentang tangan dibentak, dihardik, dicaci, ditangisi, ditutupi, dimusiki, dimarahi, didiami, dipanasi, didingini, disifati, digurau, diceritai, dan didididi lainnya. Terkadang, mereka ingin berbaur dengan intelektual, birokrasi kampus dan inilah sebenarnya yang menjadi sifat mereka agar mereka mengerti dan mendapatkan hak mereka, dengan pertimbangan bahwa mereka merasa sudah memberikan kewajiban mereka. Tetapi, apa sekarang sudah demikian?
Sesekali kumpulan anak-anak muda itu membayangkan seorang Harun al Rasyid. Dia berputar-putar keliling kota – seorang diri – hanya dengan ajudan perpakaian preman di belakangnya. Terkadang mereka ingin melarikan diri dari berbagai persoalan dan merasakan irama dari denyut jantung tanah airku. Tetapi persoalan-persoalan itu tidak bisa lepas dari mereka, karena mereka mengerti kewajiban sebagai anak muda – yakni generasi tangguh, cerdas dan sehat – yang tak ingin memiliki sebuah bayangan yang besar dan gelap yang akan terus mengikuti mereka dibelakang hari. Mereka tidak bisa lepas dari kewajiban mereka. Mereka tak pernah bisa memaafkan diri mereka apabila tanggung jawab itu keluar dari genggamannya. Mereka tak bisa meninggalkannya.
Tomen mendengarkan dengan seksama percakapan mereka. Dia mendengarkan penjelasanpenjelasan, gundahan, kesedihan dan duka mereka. Dan dia merasakan kekuatan hidup mengalir ke seluruh tubuhnya. Sesekali dia diam-diam pergi, untuk tidak ditemani seorangpun. Dengan berkeliling di tengah-tengah kesepian yang tak seorang pun memerhatikan dirinya. Akhirnya, untuk memancing percakapan, dia bertanya kepada seorang laki-laki muda, “Dari mana anda mengambil kesempatan untuk berproses di sini?”
Sebelum dia menjawab, terdengar suara, “He..He..teriak perempuan,” “Itu, kan suara pertanyaan yang tak perlu dijawab!” “sambil tertawa ringan laki-laki muda menjawab, tahukah anda apa yang terjadi?” “Bagaimanapun waktu dan keadaan ini, hatiku akan menjadi tetap tenang, dan waktu akan terus berlalu seperti halnya kebijakan yang hanya akan menjadi kebijakan yang tak berpijak sama sekali.” Dan Tomen langsung menjawab, “Baik!”
Orang bilang, anak-anak muda ini polos. Tapi bagi tomen mereka adalah anak-anak muda yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab. Mereka mudah bereaksi dengan baik bahkan lebih baik terhadap keadaan, mereka menemukan kesegaran hidup. Ingat, mereka tidak berbicara dalam arti jasmaniah, mereka sangat tertarik pada pandangan hidup yang diterima secara alamiah pada segala apa yang menyenangkan perasaan.
Tomen bersama sekumpulan anak-anak muda yang sama-sama ingin menjadi warga negara dan keluarga sekolah tinggi yang baik. Mereka ingin menaati kebijakan dengan melaksanakan kewajiban dan sebanyak-banyak mungkin mendengar berita-berita kebaikan. Baik berita kebaikan dari kitab suci, dari buku-buku akhlak dan moral, dari karya-karya intelektual, petuah guru, pidato pejabat, birokrasi, maupun dari obrolan sehari-hari di kampung, di desa, di pasar, di gerdu, di kampus atau bahkan dari sekolah tinggi ini.
Rupannya selalu ada contoh yang amat sukar dimengerti. Sering, kalau sekumpulan anak-anak muda ini berbuat baik malah susah. Kalau mereka berbuat jujur, malah celaka. Kalau mereka membela kebenaran, malah dicurigai. Kalau mereka memperjuangkan hak, malah diaggap peminta, kalau mereka menerapkan kemuliaan, malah dianggap melawan, kalau mereka mengemukakan keluhuran dan memperjuangkan kewajiban, malah dianggap memberontak.
Dalam hidup selalu ada pertentangan dalam rumusan apa yang disebut baik, jujur, mulia, benar, konstitusional, edukatif, atau apa sajalah. Ini kembali lagi kepada mata siapa yang memandangnya. Bergantung telinga siapa yang mendengarkannya. Bergantung hati siapa yang merasakannya. Bergantung mulut siapa yang mengucapkannya. Bergantung siapa yang punya kepentingannya. Bergantung siapa yang berkuasa! Lantas...kita harus mesti menaati
yang mana?
“...Penciptaan manusia memiliki banyak rahasia, bahkan malaikatpun tidak tahu”. Potongan seperti Tomen hanya termenung, selalu akhirnya pada suatu kesimpulan yang diyakininya paling benar. Yakni, manusia harus melihat dengan petunjuk Tuhan. Melihat dan menilai serta mengerjakan suatu secara mata dan tangan Tuhan. Sebab, mata, telinga, tangan, kaki, hidung, kulit, jiwa ini dan segala sesuatunya hanya milik-Nya. Maka, apa hak dan kewajiban manusia terhadap Tuhan itu bergantung pula terhadap hak dan kewajiban antar sesama manusia.
Namun, sudah dialami sekumpulan anak-anak muda ini diciptakan untuk tidak melihat kehidupan dan segala persoalannya itu dari hak dan kewajibannya saja, melainkan bagaimana mereka bersikap arif terhadap keduannya. “Tomen menjadi bingung, maka ia hanya kembali pulang, mandi, shalat dan senantiasa mengucapkan Alhamdulillah..., Astaghfirullah..., Subhanallah..., ya Jabbar, ya Qahhar”{}

KOLEKSI MATAN