Rabu, 16 November 2016
Senin, 24 Oktober 2016
Senin, 17 Oktober 2016
VISI & MISI MATAN
VISI & MISI MATAN
![]() |
SOP JUKNIS dan Pedoman Pengkaderan MATAN |
Misi Matan adalah:
1. Mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menumbuhkan cinta tanah air dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Mengembangkan wawasan kebangsaan.
4. Membendung laju dan tumbuh suburnya gerakan ekstrimis dan latenisme di lingkungan perguruan tinggi Indonesia
5. Melestarikan faham Islam ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah yang berbasis pada Islam moderat, toleran dan inklusif di lingkungan mahasiswa.
6. Menanamkan pendidikan hati di kalangan mahasiswa yang berbasis nilai-nilai spiritual (thoriqoh/tasawuf) dan akhlak mahmudah.
7. Meningkatkan kemampuan intelektual dalam memberikan manfaat bagi kejayaan NKRI.
8. Ikut serta menjaga peninggalan salafush sholihin dan Thoriqoh nya sejak dini.
SEJARAH MATAN
SEJARAH MATAN
Sejarah Singkat Matan
Jauh sebelum kelahiran MATAN, pada tahun 2000 Rois Am Maulana Habib Luthfi sudah berkeinginan untuk mengorganisir kalangan pemuda berthoriqoh, dan hal ini baru dapat terealisasi pada periode ke 3 kepemimpinan beliau sebagai Rois Am di JATMAN tepatnya pada Muktamar ke XI di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Gagasan awal MATAN bermula dari diskusi kecil di sore hari tanggal 2 Agustus 2009 Pukul 15.30 – 17.00 di emperan ndalem Habib Luthfi bin Ali Bin Yahya Pekalongan, antara DR. H. Hamdani Mu’in, M.Ag dengan KH. Dimyati Rois( Mustasyar PBNU serta Pengasuh PP Al-Fadlu Kaliwungu ), bersama beberapa mahasiswa; Abdul Rosyid, M.Mahfudz, Syariful Anam, Asep Syaiful Zulfikar,M.Ridlo, Kholid Abdillah, Nurul Mu’amar,Dedi Rosadi, Ubaidillah dan Riyadli Muhlisin.
Mbah Dimyati Rois memberikan apresiasi dan dukungan atas visi pergerakan spiritualitas dan intelektualitas di kalangan mahasiswa yang diwacanakan, Diskusi intensif pun berlanjut bersama Habib Luthfi, Rois ‘Am JATMAN, di dalem beliau, tepatnya Pukul 21.00 – 22.30.
Gagasan dan visi pergerakan mahasiswa tersebut disambut beliau dengan penuh apresiatif, Setelah mendengarkan deskripsi tentang fenomena pergerakan mahasiswa yang cenderung radikal dan pragmatis, dengan spontan, Habib Luthfi mengatakan : “Kita dirikan MATAN” !. Ditanya oleh Ustadz Hamdani “Apakah MATAN ?” , beliau menjawab “MATAN itu singkatan Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah”.Serentak para tamu yang hadirpun, khususnya Hamdani cs mengamini dan mengucapkan rasa syukur dan gembira atas tergagasnya pembentukan sebuah organisasi baru dengan nama “MATAN” .
Habib Luthfi dawuh “Saya ingin lahir mursyid-mursyid dari MATAN !”. Subhanallah, sungguh sangat mulia dan besar harapan beliau dari MATAN. Dan selanjutnya beliau memberikan arahan dan do’a kepada KH DR Hamdani, dan beberapa sahabat mahasiswa yang bersamanya dengan mengijazahkan ayat Kursi dan mensarankan untuk ziyarah ke makam Auliya.
Gagasan dibentuknya MATAN dimulai setelah diskusi dengan Habib Luthfi dan KH. Dimyati Rois di atas, tepatnya dimulai sejak Agustus 2009 di Pondok Pesantren Al-Ibrahimiyyah Kranggan III Kaliwungu Kendal Jawa Tengah, pesantren asuhan Hamdani Mu’in. Dimulai dengan merumuskan SOP - JUKNIS MATAN hingga kepanitiaan deklarasi MATAN. Beberapa tokoh yang ikut mendampingi dan membantu dalam proses kelahiran MATAN adalah Drs. KH. Chabib Thoha, MA dan Drs. KH. Muhammad Masroni.
Untuk mendapat dukungan dan do’a dari para masyayikh, maka dilakukan sosialisasi MATAN melalui sowan-sowan ke beberapa masyayikh, seperti ke Mbah KH. Sahal Mahfudz, KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), Mbah KH. Maemun Zubaer. Di samping itu, sosialisasi MATAN pun dilakukan ke pejabat pemerintahan, seperti Mendiknas Prof. Muhammad Nuh, Menag H. Maftuh Basuni, Menhut MS Ka’ban dan Pangdam IV Dioponegoro.
Berdasarkan arahan dan masukan dari Habib Luthfi bin Yahya sebagai RoÃs Am Jatman deklarasi MATAN akhirnya dilakukan bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal 10 – 14 Januari 2012 M / 16 – 20 Shafar 1433 H. Muktamar XI mensepakati lahirnya MATAN sebagai Badan Lajnah Mustaqilah dari JATMAN. Dan tepatnya pada acara penutupan Muktamar XI tersebut Rois ‘Am JATMAN Habib Luthfi mendeklarasikan MATAN.
Senin, 16 Mei 2016
Saya dan MATAN
Catatan kecil tentang perjalanan mahasiswa di MATAN Kota Malang
Selama di MATAN saya mengenal sosok-sosok yang berbeda dan berbeda yang ini yang lebih fenomenal. Dari MATAN saya dikenalkan dengan para Ulama' di Malang, termasuk juga putra-putra Ulama, dari MATAN saya belajar Thoriqoh yang dulu pernah saya di Baiat tapi masih belum faham, dari MATAN saya belajar lagi menjalankan Thoriqoh yang terorganisasi, karena selumnya hanya mengikuti JATMAN dan rutinan saja.
Dari MATAN saya mengenal para Gus yang memiliki konsisi yang hampir sama (sama-sama background pesantren dan berthoriqoh), Dari MATAN saya belajar banyak malah melalui diskusi warung kopi tentang ilmu pengetahuan, pengalaman, Thoriqoh, Suluk, salik, tasawuf, dan lainnya. Karena belajar dari teman bagi saya lebih mudah dan fleksibel dari pada belajar sendiri atau langsung pada tokoh-tokoh besar mungkin waktu tertentu saja.
MATAN Kota Malang adalah organisasi yang unik bagi saya, karena berbeda jauh dengan OMEK yang selalu mencari kader dan di MATAN malah mengeluarkan kader (kader-kader ini langsung diberi tanggungjawab di luar). Di MATAN tidak selalu harus sama thoriqohnya bahkan yang belum berthoriqoh pun bisa bergabung, asalkan manut Kyai dan Ulama'. Syaratnya berbeda dengan organisasi lain.
Di MATAN saya berproses dan belajar, dan jika ada yang bertanya lagi apa MATAN itu? Bagaimana MATAN itu? Mengapa harus MATAN? Mengapa MATAN begini? Apa manfaatnya? Maka jawabannya adalah silahkan mengenal dulu apa itu Thoriqoh, entah Qodiriyah, Naqsabandiyah, Kholidiyah, Kholwatiyah, Tijaniyah, dan lain sebagainya. Maka akan tahu esensi dan fungsinya. Dan jangan lupa pula tujuan Islam Syari'at adalah harga mati baru kemudian ber-Thoriqoh yang Mu'tabaroh.
Jikalau tidak memahami Thoriqohnya, setidaknya kenal dengan para Ulama dan Kyai, mengerti Istilah-istilah Arab yang digunakan MATAN, dan tidak ada ruginya orang yang mau belajar, tak takut bertanya, dan selalu optimis. Saya yakin ini menjadi bekal dikemudian hari, karena ingat! bekal itu belum dirasakan jika kita belum bepergian, maka persiapan dan persiapan perlu di persiapkan, sebelum kondisi serba siap akan terjadi, maka siap-siap dari sekarang. Siap-siap sebelum persiapan dan konsisi siap. Makan akan selalu siap menghadapi siapa-siapa. Wallahua'lam.
Ahsani F Rahman
Ketua Redaksi Majalah WATHON
(Warta Thoriqoh Al Mu'tabaroh An Nahdhliyah)
MATAN Kota Malang
Makna Lambang SRIKANDI - MATAN Kota Malang
Terdapat :
Bintang 9 yang
artinya tetap mengikuti ajaran yang dibawa oleh para wali songo
Bintang 1 yang
paling atas dan yang paling besar berarti bintang yang cahayanya paling terang
yakni cahaya Allah yang menjadi cahaya kerohanian setiap manusia khususnya
untuk srikandi Matan
Bintang 4 sebelah
kanan artinya selalu berpegang pada Al Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas yang
berhaluan ASWAJA dengan 4 Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali)
Bintang 4 sebelah kiri melambangkan kepemimpinan Abu
Bakar as-Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi
Thalib
Seorang perempuan berjilbab
adalah sebagai identitas seorang muslimah religius yang selalu menjaga syariat
islam
Selain religius
terdapat pula Bendera merah putih yang menunjukkan jiwa nasionalis srikandi
matan terhadap bangsa dan tanah air
Tulisan srikadi
merupakan identitas para perempuan yang berkomitmen untuk bersinergi terhadap
matan.
Tulisan Mahasiswa
Ahlit Thoriqoh Al mu’tabaroh An Nahdliyah yang melingkari isi dari logo
merupakan nama organisasi yang berarti organisasi thoriqoh pemuda yang berupaya
mensinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual dalam jiwa pemuda
indonesia khususnya mahasiswa.
Arti dari
warna-warna :
Hijau mempunyai makna kesuburan
Kuning Mempunyai makna keagungan dan
Kemuliaan
Merah mempunyai makna keberanian dan
perjuangan
Putih bermakna Kesucian dan
Keluhuran
Garis abu-abu yang
berada pada jilbab merupakan sebuah professional dan berkualitas
(By: Hilfatul Fudla
Malik)
MATAN Kota Malang Ajak Peserta Suluk Membangun Pola Pikir Maju Berbasis Tasawuf
Pengurus Cabang MATAN (Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah) Kota Malang mengadakan Suluk MATAN se-Malang Raya di Gedung Pasca Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 25-27 Maret 2016.
Suluk MATAN merupakan salah satu instrumen dalam proses transfer ilmu dan informasi mengenai pergerakan MATAN sekaligus sebagai media pengenalan kepada para calon sohib-sohibah MATAN. Acara yang bertemakan "Memeluk Keragaman Menabur Perdamaian" ini menyajikan 6 materi, diantaranya yaitu Ke-Throriqohan oleh KH. Ubaidillah Fadhil (Direktur Marketing PT. Behaestex), Ke-Aswajaan oleh KH. Marzuqi Mustamar (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Ke-Indonesiaan oleh Gus Rijal Mumazziq (Direktur Penerbit Imtiyaz), Kewirausahaan oleh H. Noor Shodiq Askandar, M.SE (Wakil Rektor II UNISMA) dan Dr. Agus Mulyono (Dosen SAINTEK UIN Maliki), serta ke-MATAN-an oleh Ketua Umum PP MATAN yakni Dr. H. Hamdani Mu'in. Semua materi tersebut disampaikan dalam rangka merangsang peserta calon kader MATAN untuk membangun serta mengembangkan pola pikir yang maju dengan semangat kebangsaan dan tasawuf sebagai dasarnya.
Menurut Ali Akbar, selaku Ketua PC MATAN Malang Kota Malang mengungkapkan bahwa kegelisahan para mursyidin terhadap gejolak pemahaman Islam yang semakin jauh dar nilai-nilai Islam dan kearifan budaya di Indonesia merupakan latar belakang didirikannya MATAN dan acara ini bertujuan untuk memperkenalkan MATAN kepada peserta sebagai gerakan yang mensinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual serta mengedepankan semangat cinta tanah air.
Peserta pada acara ini juga diajak untuk mengikuti dzikir khusus yang dibimbing oleh Rois Syuriah JATMAN Kota Malang yang juga mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah, KH. Abdurrahman Yahya. MATAN yang didirikan Habib Lutfi bin Yahya dan dideklarasikan bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal 10 Januari 2012 ini terus mengadakan pembinaan demi peningkatan kuantitas dan kualitas kader organisasi. (AJr)
Senin, 11 April 2016
isi Buku SULUK MATAN 2016
SEKILAS TENTANG
MAHASISWA AHLITH THARIQAH AL-MU’TABARAH AN-NAHDLIYYAH (MATAN)
“Visi Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah
An-Nahdliyyah adalah lahirnya generasi dan calon pemimpin bangsa yang memiliki
ketinggian intelektual dan kearifan serta kedalaman spiritual sebagai basis
untuk membangun bangsa dan Negara demi kejayaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”. (SOP MATAN Bab III Pasal 6)
Mengawali artikel ini dengan mengutip visi dari
Mahasiswa Ahli Ath-Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (selanjutnya disebut
dengan MATAN) dengan tujuan untuk memberi sedikit gambaran kepada pembaca
mengenai MATAN, sehingga pembaca tidak berangkat dari ruang hampa dalam
memahami artikel ini.
MATAN merupakan organisasi keagamaan dan
kemahasiswaan yang terlahir dari Jam’iyyah Ahlit Ath-Thariqah Al-Mu’tabarah
An-Nahdliyyah (JATMAN) digagas sejak tanggal 10 Oktober 2009 M/ 20 Syawwal 1430
H di Pekalongan dan baru dikukuhkan secara resmi pada oleh JATMAN pada muktamar
XI JATMAN di Kabupaten Malang pada tanggal 10-14 Januari 2012 M/ 16-20 Shafar
1433 H.
Gagasan untuk mendirikan MATAN ini muncul dari rasa
prihatin atas kondisi sebagian besar mahasiswa di era sekarang ini yang
dipandang kurang memiliki keseimbangan antara kemampuan intelektual mahasiswa
dan spiritual mahasiswa, karena lebih mengutamakan pengasahan sisi
intelektualnya, sementara sisi spiritualnya terabaikan.Sehingga banyak
mahasiswa yang terjebak pada rasionalisme, pragmatisme, dan hedonisme.
Selain itu, derasnya arus masuk gerakan-gerakan atau aliran-aliran keagamaan
transnasional seperti wahabisme dan Hizbu At-Tahri:r Indonesia (HTI)
yang selalu berusaha untuk menghapus keberagaman keberagamaan di Indonesia
dengan menghalalkan segala cara dan merongrong keberadaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, semakin membuat kompleks problematika di wilayah
spiritualitas mahasiswa karena nyatanya banyak mahasiswa yang belum banyak
mengerti tentang Islam dan ingin belajar tentang Islam namun terjebak masuk ke
dalam wahabisme dan Hizbu At-Tahrir Indonesia (HTI) dan ketika
pulang malah menuduh keluarganya syirik, kafir, dan lain-lain.
Selain itu, mahasiswa yang selama ini dikenal
mempunyai peran sebagai sosok agen pengontrol dan agen perubahan khususnya
dalam ranah sosial dan politik, sehingga mahasiswa harus mampu untuk melakukan
terobosan-terobosan atau sumbangsih peran dalam bidang sosial dan politik, baik
selama masih menjadi mahasiswa maupun ketika sudah lulus dari perguruan tinggi
dan berkiprah di masyarakat secara langsung. Akan tetapi, akhir-akhir ini peran
tersebut kurang begitu terasa. Dikarenakan banyak aktivis mahasiswa yang
terjebak pada pengayaan wacana tanpa aksi nyata, dan aksi unjuk rasa yang
banyak dianggap oleh sebagian kalangan kurang efektif dan kurang mengedepankan etika.
Berangkat dari kondisi yang telah dipaparkan di
atas, maka JATMAN merasa perlu dan harus untuk mendirikan organisasi
kemahasiswaan berbasis thari:qah dengan semangat untuk menanamkan jiwa
kerohanian dalam hati, pikiran, dan perilaku mahasiswa.
Apa itu Thariqah?
Sebagian kalangan berpendapat bahwa thari:qahmerupakan amaliah
yang tidak mempunyai dalil dari al-Quran dan Hadits (baca: Bid’ah), padahal thari:qah
mempunyai dalil, baik dari Al Quran maupun Hadits. Adapun dalil tentang Thari:qahdi
dalam Al Quran terdapat di surat Jin ayat 16 yang artinya:
“Dan
sungguh jikalau mereka berjalan di atas jalan yang lurus (ath-thari:qah/agama
islam) maka kami benar-benar memberi mereka minuman air yang segar”.
Sementara dalil dari Hadits Rasulullah SAW sebagaimana yang termaktub
dalam kitab Al-Ma’arif al-Muhammadiyyah halaman 81, yaitu:
“Sanad
para wali kepada Rasulullah Saw.itu benar (shahih), dan shahih pula hadits
bahwa Ali RA. pernah bertanya kepada Nabi Saw. Kata Ali,”Wahai Rasulallah,
tunjukkanlah kepadaku jalan terdekat (aqrab ath-thuruq) kepada Allah
yang paling mudah bagi hamba-hamba-Nya dan yang paling utama bagi Allah?”
Rasulullah Saw. bersabda, ”Kiamat tidak akan terjadi ketika di muka bumi masih
terdapat orang yang mengucapkan Allah.”.
Sedangkan pengertian Ath-Thariqah dalam kitab Maraaqi
al-‘Ubudiyyah fi Syarchi Bidayah al-Hidayah adalah melaksanakan kewajiban
dan kesunatan, meninggalkan larangan, menghindari perbuatan mubah yang tidak
bermanfaat, sangat berhati-hati dalam menjaga diri dari syubhat (apalagi
keharaman) sebagaimana orang yang wara’i, dan menjalani riyadlah, misalnya
beribadah sunnat pada malam hari, berpuasa sunnat, dan tidak mengucapkan
kata-kata yang tanpa guna”.
Adapun pengertian Thariqah dalam kitah tanwirul qulub
adalah menjauhi hal-hal yang haram, yang makruh, dan hal-hal yang mubah yang
tidak berguna, serta melaksanakan hal-hal yang wajib, dan sekuat tenaga
melaksanakan hal-hal yang sunnat, di bawah asuhan seorang mursyid yang arif
yang maqamnya tinggi.
Adapun pengertian Ath-Thariqah al-Mu’tabarah ialah Thariqah
bersambung sanadnya kepada Rasulullah Saw. beliau menerima dari Malaikat Jibril
as. Malaikat jibril as. dari Allah SWT. Sedangkan penambahan kata An-Nahdliyyah
disebabkan para penganutnya selalu bergerak untuk melaksanakan ibadah dan
dzikir kepada Allah swt. yang syariatnya menurut Ahlissunnah wal Jama’ah
berdasarkan empat mazhhab fiqih dan tasawwufnya mengikuti ajaran ulama salaf
shalihin serta ikut mengerjakan pembangunan Indonesia.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa Thariqah merupakan cara atau metode dan aliran tashawwuf yang
bertujuan: (1) Al-Wushul ila Allah, thariqah adalah tidak
semata-mata bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi thariqah
bertujuan membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah yang bisa
mengembangkan dan merasa didengar dan dilihat oleh Allah atas dirinya sehingga
dapat memiliki sikap atau rasa Al-Khauf (takut), Ar-Rajaa’
(Berharap), Ash-Shidiq (jujur/benar), Al-Mahabbah (cinta), Al-Wara’
(menghindari hal-hal yang makruh), Az-Zuhud, Asy-Syukur, Ash-Shabar,
Al-Hayya’ (Malu), dan Al-Khusyu’.
Apa itu MATAN?
MATAN
adalah organisasi mahasiswa yang bergerak pada spiritual dan intelektual yang
berazaskan Islam ‘Ala Ahli As-Sunnah wa Al-Jama’ah dengan menganut salah satu
mazhab empat yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali dalam bidang fiqih,
menganut ajaran Al-Asy’ariyyah dan Al-Maturidiyyah dalam bidang aqidah, dan
menganut faham Al-Qusyairi, Hasan Al-Bashri, Abu Qasim Junaidi Al-Baghdadi, Abu
Hamid Muhammad Al-Ghazali, dan sesamanya dalam bidang tashawwuf/thariiqah.
Berdasarkan
pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa MATAN,
sebagai organisasi kemahasiswaan tidak hanya bergerak untuk mengasah
intelektualitas mahasiswa, namun juga untuk mengasah spiritualitas mahasiswa,
sehingga terwujudlah generasi dan calon pemimpin bangsa yang memiliki keluhuran
intelektualitas dan kearifan serta kedalaman spiritual sebagai tonggak dan
basis untuk membangun bangsa dan Negara demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan
dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Oleh
karena itu, MATAN berusaha mewujudkan hal-hal tersebut dengan karakter-karakter
yang dimiliki oleh MATAN, yaitu: (1) Universal, artinya thariqah mempunyai
sifat yang mendunia melampaui batas-batas wilayah dan Negara karena tiap-tiap
aliran thariqah meskipun diamalkan oleh warga Negara yang berbeda namun secara
sanad masing-masing masih berhubungan antara satu dengan yang lainnya, (2)
Tertib, artinya pelaksanaan ajaran thariqah sekaligus meliputi pelaksanaan
aqidah, syari’ah, mu’amalah, dan akhlaq yang bertujuan al-Wushuul ila Allah,
(3) Terbimbing, artinya setiap pengamal thariqah (muridin/salik) harus
didasarkan kepada kitab-kitab yang mu’tabarah dengan bimbingan para
Mursyid, (4) al-Wushuul ila Allah, artinya thariqah adalah tidak semata-mata
bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi thariqah bertujuan
membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah yang bisa mengembangkan dan
merasa didengar dan dilihat oleh Allah atas dirinyasehingga dapat memiliki
sikap atau rasa Al-Khauf (takut), Ar-Rajaa’ (berharap), Ash-Shidiq
(jujur/benar), Al-Mahabbah (cinta), Al-Wara’ (menghindari
hal-hal yang makruh), Az-Zuhud, Asy-Syukur, Ash-Shabar, Al-Hayya’ (Malu),
dan Al-Khusyu’, (5) Amanah (dapat dipercaya), Fathanah (cerdas), Shiddiq
(jujur), dan Tabligh, sebagai cahaya pancaran dari baginda Nabi Muhammad SAW
yang seharusnya mewarnai setiap anggota thariqah, sehingga dari sifat-sifat
tersebut dapat melahirkan sifat handarbeni dan menghargai segala pemberian hak
individu dari lingkup yang kecil sampai yang besar, (6) Menyinergikan kedalaman
spiritual dan ketajaman intelektual, dan (7) Mengedepankan spirit nasionalisme
dan cinta tanah air Indonesia.
Berdasarkan
pengertian, karakter, dan visi MATAN yang telah disebutkan, maka perlu
mengejawantahkannya dalam bentuk misi-misi yang harus dijalankan oleh MATAN,
yaitu: (1) Mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, (2) Menumbuhkan cinta tanah air dan semangat
nasionalisme di kalangan mahasiswa untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, (3) Mengembangkan wawasan kebangsaan di kalangan mahasiswa,
(4) Membendung laju dan tumbuh suburnya gerakan ekstrimis dan latenisme di
lingkungan perguruan tinggi Indonesia, (5) Melestarikan paham Islam ‘Alaa
Ahlissunnah wal Jamaa’ah yang berbasis pada Islam moderat, toleran, dan
inklusif di kalangan mahasiswa, (6) Menanamkan pendidikan hati di kalangan
mahasiswa yang berbasis nilai-nilai spiritual (thariqah/tashawwuf) dan akhlaq
karimah, (7) Meningkatkan kemampuan intelektual untuk lebih memberikan manfaat
bagi kejayaan NKRI, dan (8) Ikut serta menjaga peninggalan as-salaf
ash-shalihin dan thariqahnya sejak dini.
Selain
itu, MATAN juga memiliki beberapa profil citra diri, yaitu: (1) Sufistik,
yakni memiliki kedalaman spiritual melalui pengamalan thari:qah mu’tabarah
karena semata-mata ingin meraih ridla Allah SWT sehingga dapat wushu:l ila:
Allah, (2) Intelektual, yakni memiliki semangat belajar untuk
meningkatkan ketinggian intelektual untuk memberikan manfaat bagi bangsa dan
Negara demi kejayaan NKRI, dan (3) Nasionalis, yakni memiliki semangat
patriotism dan nasionalisme dengan meningkatkan rasa cinta air untuk mempertahankan
NKRI. Di samping itu, diharapkan MATAN dapat menyeimbangkan antara aspek
spiritual dan intelektual di kalangan mahasiswa serta meningkatkan inklusivitas
berpikir, keselarasan dalam bertindak dan kedalaman spiritual dalam ranka
meningkatkan jiwa kepemudaan, jiwa membangun bangsa, memperteguh sifat
nasionalisme, serta ikut menjaga kesatuan NKRI.
Untuk
merealisasikan visi dan misi MATAN, maka MATAN melakukan usaha-usaha, yaitu:
(1) Bidang Agama yaitu mensyi’arkan dan mempergiat pelaksanaan ajaran
agama Islam yang berkeyakinan menurut paham Ahlussunnah wal Jamaa’ah di
kalangan mahasiswa, (2) Bidang Akademis yaitu mengaktualisasikan tradisi
ilmiah berbasis spiritual tashawwuf tanpa meninggalkan unsure intelektualitas
dan rasionalitas, (3) Bidang Akhlaq yaitu mengembangkan tradisi
tashawwuf dalam rangka tercapainya al-akhlaq al-karimah di kalangan
mahasiswa, (4) Bidang Ukhuwah Ijtima’iyyah yaitu mempererat dan
memperkuat tali persaudaraan sesama mahasiswa dan mensosialisasikan etika
tashawwuf di tengah-tengah masyarakat kampus, (5) Bidang Thariqah yaitu
mengusahakan tercapainya asy-syari’atu al-ghaura’ wa ath-thariqu al-baidla’,
yakni syari’at islamiyyah dan thariqah yang sanadnya bersambung sampai
Rasulullah SAW, (6) Bidang Pergerakan yaitu meningkatkan amar ma’ruf dan
nahi munkar yang berbasis uswatun chasanah (suri teladan yang
baik) dan al-akhlaq al-karimah (akhlaq yang terpuji) serta mewujudkan
terciptanya Islam yang rahmatan lil ‘Alamin, dan (7) Bidang
Kenegaraan dan Kebangsaan yaitu meningkatkan kecintaan tanah air, menjaga
tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pengamalan dan
penghayatan etika tashawwuf.
Dari
paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa MATAN merupakan organisasi
kemahasiswaan yang didirikan untuk menyeimbangkan sisi intelektual dan
spiritual mahasiswa sehingga terbentuklah generasi dan calon pemimpin bangsa
yang mengedepankan akhlaq yang mulia dalam perilakunya dan menjadi contoh yang
baik untuk orang lain, serta ikut membantu mewujudkan cita-cita kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan MATAN ini, diharapkan menjadi oase
yang menyegarkan di tengah gersangnya dan panasnya gurun berupa hati dan
pikiran mahasiswa yang lebih mengedepankan sisi intelektual dan rasional
daripada sisi spiritual. Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Allahummah
dinaa ath-thariqa al-mustaqim # Thariqam min Allahi Rabb al-‘alamin
Selayang Pandang Tentang MATAN
Thariqah
merupakan sarana dan metode yang berusaha memberikan dan mengisi ruang batin
dengan kejernihan hati. Melahirkan kesucian jiwa dan hati yang terwujud dalam
tindakan dan gerak yang bersifat objektif (tidak konservatif dan normatif saja)
dan perilaku yang lebih mengedepankan uswatun chasanah (suri tauladan
yang baik) dan al-akhlaq al-kari:mah (perilaku yang mulia). Dikarenakan thari:qah
sebagaimana disebutkan dalam kitab tanwi:ru al-qulu:b merupakan menjauhi
hal-hal yang haram, makruh, dan mubah yang tanpa guna serta melaksanakan
hal-hal yang wajib dan sekuat tenaga melaksanakan hal-hal yang sunnah, di bawah
asuhan seorang mursyid yang arif yang bermaqam tinggi.
Sehingga
dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa berthariiqah dapat menghasilkan buah yang bernama at-tashawwuf
yang dapat menyucikan jiwa (tazkiyyah an-nafs) dan membentuk jiwa
yang kokoh, kejernihan berfikir dan bisa membedakan mana yang tercela kemudian
dijauhi dan ditinggalkan, dan kemudian yang terpuji diamalkan. Sehingga akan
mewujud pada kehidupan yang berlandaskan
pada spiritual. Dari kejernihan hati ini pulalah maka akan mendapatkan
dan mendatangkan kejernihan tindakan sosial yang murni (baca: ikhlas). Tidak
sebatas jargon maupun tindakan yang hampa dan berhenti pada tatanan elitis yang
juga disertai kepentingan-kepentingan bersifat duniawiah.
Thariqah
juga berupaya melestarikan Islam ‘ala Ahlissunnah Wal
Jama’ah yang moderat, toleran dan inklusif
secara konsisten dalam bidang syari’at, hakikat dan ma’rifat di tengah
masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Untuk itu dipandang perlu perluasan sayap Thariqah yang
merupakan visi dari Lajnah Pemberdayaan SDM yang berada dalam sistem
kepengurusan dalam organisasi Thariqah. Serta sebagai bagian tindakan gerak
dari pencapaian tujuan dari PD-PRT yang tertuang dalam pada Pasal VI, di mana
Thariqah mensosialisasikan semangat nasionalisme di tengah-tengah masyarakat dengan
menghindari terjadinya konflik-konflik, baik antara penganut Thariqah maupun
anggota masyarakat lainnya. Karena itu, Jam’iyyah Ahlith Thariqah An Mu’tabarah
An Nahdliyyah (baca: JATMAN) merupakan organisasi terbuka bagi siapa pun yang
berpaham Islam ’ala hlussunnah wal Jama’ah untuk menjadi anggota, sebagaimana
ketentuan yang sudah diatur pada PD-PRT (termasuk salah satunya sosok
mahasiswa). Bahkan anggota dari kalangan muda justru memiliki kedudukan
strategis untuk menjadi anggota Thariqah, karena di samping mereka memiliki
kedudukan strategis di tengah masyarakat, bangsa dan Negara juga merupakan
bagian dari upaya mengimplentasikan amanat Rasulullah saw, sebagaimana riwayat
hadits yang menyebutkan bahwa anak muda yang memiliki kekuatan spiritual (qalbu)
melalui kedekatannya (mu’allaqun) dengan rumah-rumah Allah (masajid)
menjadi salah satu dari tujuh kelompok yang memperoleh jaminan keselamatan di
akherat nanti.
Selama ini Thariqah sudah membumi dan
mengakar di kalangan masyarakat luas yang pada umumnya adalah orang-orang tua.
Padahal Thariqah sangat memberikan pintu kemaslahatan bagi semua usia,
seyogyanya juga harus mengakar pada kalangan muda terutama mahasiswa karena
mahasiswa merupakan sosok agen perubahan, baik dalam tatanan sosial politik
maupun dalam menciptakan terobosan sistem dalam bentuk tindakan dan gerak
sosial. Bahkan mahasiswa memiliki kedudukan strategis sebagai generasi penerus
dan calon pemimpin bangsa ini. Dalam konteks ini seorang mahasiswa harus memiliki jiwa
yang tangguh dan bersifat jangka panjang
(visioner), baik dalam bidang intelektual, sosial maupun politik tanpa harus
meninggalkan konsep spiritual. Sehingga benar-benar mampu mereka memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Kemampuan intelektual dan kekritisan
mahasiswa yang melahirkan sebuah gejala baru dan perubahan yang sangat luar
biasa. Akan sangat ideal jika sosok mahasiswa
memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Sehingga
mahasiswa tidak terjebak dalam lingkungan pemikiran yang sempit dan cenderung
didasarkan pada nafsu. Hal ini menimbulkan pemikiran-pemikiran subyekif dan ekstrimis. Oleh karena itu, diperlukan
sebuah pendekatan yang menggabungkan dan memadukan antara kecerdasan
intelektual (akal), emosional dan spiritual (hati) di kalangan mahasiswa
sebagai bentuk riil penyelesaiannya.
Untuk menyeimbangan kemampuan
intelektual, sosial, dan spiritual tersebut di atas mahasiswa harus memiliki
dasar yang kuat (Thariqah/tasawuf) demi terciptanya perubahan yang bersifat
obyektif. Dasar yang memiliki gerak riil yang mengakar dan tidak memuat
kepentingan yang pragmatis. Inilah yang sangat sulit ditemukan dalam jiwa
seorang mahasiswa yang kritis. Bahkan sering kali melahirkan sikap radikalis
dan eksklusif yang diakibatkan oleh frustasi atas arah gerak dan tindakan.
Karena aksi dan gerakan mereka jauh dari kekuatan batin (thariqah/tasawuf) yang
menekankan pada cinta dan kasih sayang (rahmah wa syafaqah) terhadap
diri, sesama dan makhluk lain.
Kebanyakan tindakan mahasiswa saat ini
yang tidak dilandasi oleh konsep spiritual melahirkan sikap gegas (rushed), ganas
(anarchy), gersang (humorless) yang diakibatkan tidak memiliki rasa
cinta dan kasih sayang (rahmah wa syafaqah). Untuk itu sangat
diperlukan sekali jalan spiritual yang benar-benar tidak terjebak pada konsep
subjektifitas. Disadari atau tidak kekolotan pandang spiritual bagi mahasiswa
sudah menjangkit (bersifat normatif dan konservatif). Bukti riil mahasiswa jauh
dari konsep spiritual bisa dilihat dari hasil tindakan dan gerak yang
mementingkan kepentingan mahasisiwa secara individual dan gerak yang hampa. Dan
terlalu mengagung-agungkan dirinya hingga merasa paling benar dirinya sendiri
atau kelompoknya sendiri. Semua ini karena adanya kekosongan ruang batin
(Ketentraman Illahiyah) dalam dirinya.
Berangkat dari kegersangan dan ruang batin kosong spiritual
dan meluruskan arah gerak yang jernih serta rasa prihatin dari JATMAN terhadap
realitas pada Mahasiswa, maka JATMAN merasa perlu membentuk sebuah wadah untuk
melakukan pendidikan terhadap mahasiswa sehingga menjadi generasi muda dan
calon pemimpin bangsa yang memiliki integritas tinggi dengan basis spiritual
dan intelektual. Di samping itu, sebagai ikhtiyar JATMAN dalam melestarikan
Islam ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah yang moderat, toleran dan inklusif di
lingkungan perguruan tinggi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam
konteks inilah, deklarasi dan pendirian organisasi
Mahasiswa Ahlith Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN) menjadi sebuah keniscayaan bagi
JATMAN pada
khususnya dan masyarakat, bangsa dan
Negara Indonesia pada umumnya sebagai sebuah upaya konkrit atas penyelesaian
problematika sosial politik dan krisis moral bangsa ini.
MATAN
(Mahasiswa Ahlith Thoriqoh
Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah)
MATAN Adalah
organisasi thoriqoh kepemudaan yang menjadi sarana kawah candra dimuka dalam
upaya mensinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual dalam jiwa
pemuda indonesia.
Karakteristik
MATAN;
a. Sebagai penganut, pengamal ajaran thoriqoh
b. Sebagai
organisasi kepemudaan (Kemahasiswaan)
Sejarah Singkat Matan
Jauh sebelum kelahiran MATAN, pada tahun 2000
Rois Am Maulana Habib Luthfi sudah berkeinginan untuk mengorganisir kalangan
pemuda berthoriqoh, dan hal ini baru dapat terealisasi pada periode ke 3
kepemimpinan beliau sebagai Rois Am di JATMAN tepatnya pada Muktamar ke XI di
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Gagasan awal
MATAN bermula dari diskusi kecil di sore hari tanggal 2 Agustus 2009 Pukul
15.30 – 17.00 di emperan ndalem Habib Luthfi bin Ali Bin Yahya Pekalongan,
antara DR. H. Hamdani Mu’in, M.Ag dengan KH. Dimyati Rois( Mustasyar PBNU serta
Pengasuh PP Al-Fadlu Kaliwungu ), bersama beberapa mahasiswa; Abdul Rosyid,
M.Mahfudz, Syariful Anam, Asep Syaiful Zulfikar,M.Ridlo, Kholid Abdillah, Nurul
Mu’amar,Dedi Rosadi, Ubaidillah dan Riyadli Muhlisin.
Mbah Dimyati
Rois memberikan apresiasi dan dukungan atas visi pergerakan spiritualitas dan
intelektualitas di kalangan mahasiswa yang diwacanakan, Diskusi intensif pun
berlanjut bersama Habib Luthfi, Rois ‘Am JATMAN, di dalem beliau, tepatnya
Pukul 21.00 – 22.30.
Gagasan dan visi pergerakan mahasiswa
tersebut disambut beliau dengan penuh apresiatif, Setelah mendengarkan
deskripsi tentang fenomena pergerakan mahasiswa yang cenderung radikal dan
pragmatis, dengan spontan, Habib Luthfi mengatakan : “Kita dirikan MATAN” !.
Ditanya oleh Ustadz Hamdani “Apakah MATAN ?” , beliau menjawab “MATAN itu
singkatan Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah”.Serentak para
tamu yang hadirpun, khususnya Hamdani cs mengamini dan mengucapkan rasa syukur
dan gembira atas tergagasnya pembentukan sebuah organisasi baru dengan nama
“MATAN” .
Habib Luthfi dawuh “Saya ingin lahir mursyid-mursyid dari MATAN
!”. Subhanallah, sungguh sangat mulia dan besar harapan beliau dari MATAN. Dan
selanjutnya beliau memberikan arahan dan do’a kepada KH DR Hamdani, dan
beberapa sahabat mahasiswa yang bersamanya dengan mengijazahkan ayat Kursi dan
mensarankan untuk ziyarah ke makam Auliya.
Gagasan dibentuknya MATAN dimulai setelah
diskusi dengan Habib Luthfi dan KH. Dimyati Rois di atas, tepatnya dimulai
sejak Agustus 2009 di Pondok Pesantren Al-Ibrahimiyyah Kranggan III Kaliwungu
Kendal Jawa Tengah, pesantren asuhan Hamdani Mu’in. Dimulai dengan merumuskan
SOP - JUKNIS MATAN hingga kepanitiaan deklarasi MATAN. Beberapa tokoh yang ikut
mendampingi dan membantu dalam proses kelahiran MATAN adalah Drs. KH. Chabib
Thoha, MA dan Drs. KH. Muhammad Masroni.
Untuk
mendapat dukungan dan do’a dari para masyayikh, maka dilakukan sosialisasi
MATAN melalui sowan-sowan ke beberapa masyayikh, seperti ke Mbah KH. Sahal
Mahfudz, KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), Mbah KH. Maemun Zubaer. Di samping itu,
sosialisasi MATAN pun dilakukan ke pejabat pemerintahan, seperti Mendiknas
Prof. Muhammad Nuh, Menag H. Maftuh Basuni, Menhut MS Ka’ban dan Pangdam IV
Dioponegoro.
Berdasarkan arahan dan masukan dari Habib
Luthfi bin Yahya sebagai RoÃs Am Jatman deklarasi MATAN akhirnya dilakukan
bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah
Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal 10 – 14 Januari 2012 M / 16 – 20 Shafar 1433 H. Muktamar XI mensepakati
lahirnya MATAN sebagai Badan Lajnah Mustaqilah dari JATMAN. Dan tepatnya pada
acara penutupan Muktamar XI tersebut Rois ‘Am JATMAN Habib Luthfi
mendeklarasikan MATAN.
VISI & MISI
Visi Matan
adalah:
mengupayakan
lahirnya generasi penerus dan calon pemimpin bangsa yang memiliki ketajaman
intelektual dan kearifan serta kedalaman spiritual sebagai basis untuk
membangun dan menegakan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Misi Matan
adalah:
1. Mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai
ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menumbuhkan
cinta tanah air dan semangat nasionalisme di kalangan mahasiswa dalam
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Mengembangkan
wawasan kebangsaan.
4. Membendung laju
dan tumbuh suburnya gerakan ekstrimis dan latenisme di lingkungan perguruan
tinggi Indonesia
5. Melestarikan
faham Islam ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah yang berbasis pada Islam moderat,
toleran dan inklusif di lingkungan mahasiswa.
6. Menanamkan
pendidikan hati di kalangan mahasiswa yang berbasis nilai-nilai spiritual
(thoriqoh/tasawuf) dan akhlak mahmudah.
7. Meningkatkan
kemampuan intelektual dalam memberikan manfaat bagi kejayaan NKRI.
8. Ikut serta
menjaga peninggalan salafush sholihin dan Thoriqoh nya sejak dini.
NDP (Nilai Dasar
Pergerakan)
MATAN adalah
organisasi kemahasiswaan yang lahir dibawah asuhan JATMAN, yang kemudian
dideklarasikan menjadi salah satu lajnah mandiri pada tanggal 10-14 Januari
pada MUKTAMAR XI JATMAN di Pondok
Pesantren Al-Munawwariyah, Sudimoro, Malang, Jawa Timur. Kelahiran MATAN didasarkan
pada tiga landasan utama, yaitu;
I. Landasan Normatif, yaitu al-Quran dan al-Hadits.
II. Landasan
Ideologis, yaitu berfahamkan islam ala ahlussunnah wal jama’ah.
III. Landasan
Konstitusional, yaitu Pancasila, UUD 1945 dan PD-PRT Jamiyyah Ahlith Thoriqoh
Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyyah.
Namun, MATAN dalam
arah pergerakan dan upaya mewujudkan tujuan organisasi yang tertuang dalam SOP
(Standar Operasional Prosedur) pasal 6 dan pasal 7 tentang visi dan misi, di
dasarkan pada konseptualisasi nilai-nilai yang ada dalam thoriqoh dan tasawuf.
Sedangkan nilai-nilai tersebut terkandung dalam lima hal, yang disebut sebagai
al-asas al-khomsah (Lima Asas Pokok). Nilai-nilai tersebut akhirnya menjadi ruh
atau spirit organisasi dan yang akan diimplementasikan dalam kehidupan sebagai
upaya mewujudkan visi dan misi organisasi.
Kelima
hal tersebut adalah;
1.
Tafaqquh fi al-din
Adalah
semangat pergerakan yang didasarkan pada pengasahan kemampuan dan ketajaman
intelektual para anggota MATAN, dalam upaya meningkatkan kualitas sumbar daya
manusia seutuhnya di seluruh fan (cabang) ilmu pengetahuan, tanpa adanya
pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu umum. Karena menurut keyakinan MATAN
bahwa semua ilmu bersumber dari Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT.
2. Iltizamut thoat
Adalah
semangat pergerakan mahasiswa yang didasarkan ketaatan kepada;
a. Allah SWT sebagai Tuhan pencipta, pembimbing dan
pendidik manusia.
b. Baginda Rasul
Muhammad Saw, selaku pembawa risalah kebenaran dan panutan umat manusia.
c. Ulil amri, yaitu
ulama dan umaro.
3. Tazkiyat al-nafsi
Adalah
semangat pergerakan yang didasarkan upaya pembersihan dan pensucian diri, baik
lahiriyah maupun batiniyah dari segala bentuk sifat dan perbuatan yang tidak
baik.
4. Hifdz al-aurad wa al-adzkar
Adalah
semangat pergerakan yang di dasarkan atas upaya menjaga keseluruhan waktunya diniatkan
untuk beribadah kepada Allah Swt dengan mendatangkan kemanfaatan, kebaikan dan
pahala dari Allah Swt, baik untuk diri sendiri, orang lain maupun masyarakat
luas (bangsa dan Negara)
5. Khidmah lil-ummah
Adalah
semangat pergerakan untuk memberikan darma bhakti kepada ummat manusia, kepada
bangsa dan negara sebagai wujud pengabdian kepada Allah Swt secara menyeluruh.
Oleh karena
itu, secara singkat tujuan MATAN secara internal adalah mengkontektualisasikan
kelima prinsip tersebut pada seluruh sendi kehidupan untuk membentuk generasi
dan calon pemimpin bangsa yang mempunyai karakter, yaitu; nasionalis,
intelektual dan sufistisk.
SULUK
Adalah metode
pengkaderan yang diterapkan di dalam organisasi sebagai media transfer ilmu,
informasi mengenai pergerakan MATAN dan sebagai media tafhiim kepada para sohib
MATAN. Suluk dalam MATAN terbagi menjadi dua:
1.
Suluk Umum
Suluk ini
dilakukan di seluruh tingkat kepengurusan, baik dari tingkat pusat sampai
tingkat komisariat. Suluk umum diwujudkan dalm tiga instrument kegiatan yaitu;
a.
Majelis ilmi “Bagimu Negeri”
Adalah
majelis ilmi yang diadakan diseluruh tingkat kepengurusan sebagai upaya
transfer ilmu dan informasi organisasi. Majelis ini diadakan minimal satu (1)
kali dalam sebulan.
b.
Majelis Dzikir
“Bagimu Negeri”
Adalah
majelis dzikir dan transfer ilmu sebagai upaya tazkiyatun nafsi para anggota
MATAN, dan kegiatan ini dilakukan minimal satu (1) bulan sekali.
c.
Majelis Khidmah
“Bagimu Negeri”
Adalah
majelis yang diadakan sebagai bentuk kebaktian terhadap masyarakat, bangsa dan
Negara. Kegiatan ini dilakukan kondisional sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Suluk Khusus
Adalah metode
pengkaderan yang khusus dilaksanakan sebagai program kaderisasi murni, yaitu
sebagai media pengkaderan untuk mempersiapkan para kader sebagai calon pengurus
organisasi, dan pemimpin ummat.
Suluk khusus
mejadi kewenangan Pengurus Pusat dan Kebijakan Idaroh Aliyah JATMAN. Suluk ini
dikategorikan menjadi tiga tingkatan suluk yaitu;
1.
Suluk MATAN (SulTan) I
Adalah suluk tingkat dasar untuk para Sohib MATAN yang telah berbai’at
thariqah kepada mursyid, muqaddam, khalifah ataupun badal.
2. Suluk MATAN (SulTan) II
Adalah suluk di tingkat lanjutan atau menengah untuk para sohib MATAN
yang telah selesai mengikuti suluk I.
3. Suluk MATAN
(SulTan) III
Adalah suluk tingkat tinggi untuk para sohib MATAN yang telah selesai
mengikuti sultan I dan sultan II.
UNIFORM
Adalah
atribut organisasi yang serempak menuju keseragaman dalam organisasi yang
menjadi ciri khas organisasi, baik dalam hal pakaian dan istilah yang digunakan
dalam organisasi. Atribut tersebut antara lain;
a. Pakaian putih
b. Peci hitam
dengan pin bendera merah putih
c. Ta’dib adalah
istilah yang digunakan sebagai proses pendidikan (Tarbiyah), pengajaran
(Ta’liim) dan pemahaman (Tafhiim) dalam organisasi.
d. Sohib (individu)
dan Ashhab (kelompok) adalah istilah yang digunakan sebagai sebutan bagi sesama
anggota MATAN.
AURAD Khususiyyah
Adalah bentuk amalan ibadah ritual yang berlaku dan digunakan dalam
organisasi sebagai sarana berkomunikasi dengan Allah Swt.
Langganan:
Postingan (Atom)