Senin, 16 Mei 2016

Saya dan MATAN

 Catatan kecil tentang perjalanan mahasiswa di MATAN Kota Malang

Selama di MATAN saya mengenal sosok-sosok yang berbeda dan berbeda yang ini yang lebih fenomenal. Dari MATAN saya dikenalkan dengan para Ulama' di Malang, termasuk juga putra-putra Ulama, dari MATAN saya belajar Thoriqoh yang dulu pernah saya di Baiat tapi masih belum faham, dari MATAN saya belajar lagi menjalankan Thoriqoh yang terorganisasi, karena selumnya hanya mengikuti JATMAN dan rutinan saja.

Dari MATAN saya mengenal para Gus yang memiliki konsisi yang hampir sama (sama-sama background pesantren dan berthoriqoh), Dari MATAN saya belajar banyak malah melalui diskusi warung kopi tentang ilmu pengetahuan, pengalaman, Thoriqoh, Suluk, salik, tasawuf, dan lainnya. Karena belajar dari teman bagi saya lebih mudah dan fleksibel dari pada belajar sendiri atau langsung pada tokoh-tokoh besar mungkin waktu tertentu saja. 

MATAN Kota Malang adalah organisasi yang unik bagi saya, karena berbeda jauh dengan OMEK yang selalu mencari kader dan di MATAN malah mengeluarkan kader (kader-kader ini langsung diberi tanggungjawab di luar). Di MATAN tidak selalu harus sama thoriqohnya bahkan yang belum berthoriqoh pun bisa bergabung, asalkan manut Kyai dan Ulama'. Syaratnya berbeda dengan organisasi lain.

Di MATAN saya berproses dan belajar, dan jika ada yang bertanya lagi apa MATAN itu? Bagaimana MATAN itu? Mengapa harus MATAN? Mengapa MATAN begini? Apa manfaatnya? Maka jawabannya adalah silahkan mengenal dulu apa itu Thoriqoh, entah Qodiriyah, Naqsabandiyah, Kholidiyah, Kholwatiyah, Tijaniyah, dan lain sebagainya. Maka akan tahu esensi dan fungsinya. Dan jangan lupa pula tujuan Islam Syari'at adalah harga mati baru kemudian ber-Thoriqoh yang Mu'tabaroh. 

Jikalau tidak memahami Thoriqohnya, setidaknya kenal dengan para Ulama dan Kyai, mengerti Istilah-istilah Arab yang digunakan MATAN, dan tidak ada ruginya orang yang mau belajar, tak takut bertanya, dan selalu optimis. Saya yakin ini menjadi bekal dikemudian hari, karena ingat! bekal itu belum dirasakan jika kita belum bepergian, maka persiapan dan persiapan perlu di persiapkan, sebelum kondisi serba siap akan terjadi, maka siap-siap dari sekarang. Siap-siap sebelum persiapan dan konsisi siap. Makan akan selalu siap menghadapi siapa-siapa. Wallahua'lam. 

Ahsani F Rahman
Ketua Redaksi Majalah WATHON
(Warta Thoriqoh Al Mu'tabaroh An Nahdhliyah) 
MATAN Kota Malang

Makna Lambang SRIKANDI - MATAN Kota Malang




Terdapat :
Bintang 9 yang artinya tetap mengikuti ajaran yang dibawa oleh para wali songo

Bintang 1 yang paling atas dan yang paling besar berarti bintang yang cahayanya paling terang yakni cahaya Allah yang menjadi cahaya kerohanian setiap manusia khususnya untuk srikandi Matan

Bintang 4 sebelah kanan artinya selalu berpegang pada Al Qur’an, Hadist, Ijma’ dan Qiyas yang berhaluan ASWAJA dengan 4 Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali)

Bintang 4 sebelah kiri melambangkan kepemimpinan Abu Bakar as-Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib

Seorang perempuan berjilbab adalah sebagai identitas seorang muslimah religius yang selalu menjaga syariat islam

Selain religius terdapat pula Bendera merah putih yang menunjukkan jiwa nasionalis srikandi matan terhadap bangsa dan tanah air

Tulisan srikadi merupakan identitas para perempuan yang berkomitmen untuk bersinergi terhadap matan.

Tulisan Mahasiswa Ahlit Thoriqoh Al mu’tabaroh An Nahdliyah yang melingkari isi dari logo merupakan nama organisasi yang berarti organisasi thoriqoh pemuda yang berupaya mensinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual dalam jiwa pemuda indonesia khususnya mahasiswa.

Arti dari warna-warna :
Hijau mempunyai makna kesuburan
Kuning Mempunyai makna keagungan dan Kemuliaan
Merah mempunyai makna keberanian dan perjuangan
Putih bermakna Kesucian dan Keluhuran
Garis abu-abu yang berada pada jilbab merupakan sebuah professional dan berkualitas


(By: Hilfatul Fudla Malik)

MATAN Kota Malang Ajak Peserta Suluk Membangun Pola Pikir Maju Berbasis Tasawuf



Pengurus Cabang MATAN (Mahasiswa Ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyyah) Kota Malang mengadakan Suluk MATAN se-Malang Raya di Gedung Pasca Sarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 25-27 Maret 2016.
Suluk MATAN merupakan salah satu instrumen dalam proses transfer ilmu dan informasi mengenai pergerakan MATAN sekaligus sebagai media pengenalan kepada para calon sohib-sohibah MATAN. Acara yang bertemakan "Memeluk Keragaman Menabur Perdamaian" ini menyajikan 6 materi, diantaranya yaitu Ke-Throriqohan  oleh KH. Ubaidillah Fadhil (Direktur Marketing PT. Behaestex), Ke-Aswajaan oleh KH. Marzuqi Mustamar (Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur), Ke-Indonesiaan oleh Gus Rijal Mumazziq (Direktur Penerbit Imtiyaz), Kewirausahaan oleh H. Noor Shodiq Askandar, M.SE (Wakil Rektor II UNISMA) dan Dr. Agus Mulyono (Dosen SAINTEK UIN Maliki), serta ke-MATAN-an oleh Ketua Umum PP MATAN yakni Dr. H. Hamdani Mu'in. Semua materi tersebut disampaikan dalam rangka merangsang peserta calon kader MATAN untuk membangun serta mengembangkan pola pikir yang maju dengan semangat kebangsaan dan tasawuf sebagai dasarnya.

Menurut Ali Akbar, selaku Ketua PC MATAN Malang Kota Malang mengungkapkan bahwa kegelisahan para mursyidin terhadap gejolak pemahaman Islam yang semakin jauh dar nilai-nilai Islam dan kearifan budaya di Indonesia merupakan latar belakang didirikannya MATAN dan acara ini bertujuan untuk memperkenalkan MATAN kepada peserta sebagai gerakan yang mensinergikan kedalaman spiritual dan ketajaman intelektual serta mengedepankan semangat cinta tanah air.

Peserta pada acara ini juga diajak untuk mengikuti dzikir khusus yang dibimbing oleh Rois Syuriah JATMAN Kota Malang yang juga mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah, KH. Abdurrahman Yahya. MATAN yang didirikan Habib Lutfi bin Yahya dan dideklarasikan bersamaan dengan Muktamar XI JATMAN di Pondok Pesantren Al-Munawariyyah Bululawang Malang Jawa Timur pada tanggal 10 Januari 2012 ini terus mengadakan pembinaan demi peningkatan kuantitas dan kualitas kader organisasi. (AJr)